REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi hilirisasi karet di Musi Banyuasin (Muba) yakni salah satunya pembangunan jalan aspal karet dan pendirian pabrik aspal karet menjadi sorotan berbagai pihak. Sebab ini diyakini menjadi jalan keluar dalam rangka penguatan ekonomi daerah di tengah lesunya harga karet.
Bahkan, inisiasi yang dilakukan Bupati Dodi Reza Alex Noerdin tersebut tidak hanya menjadi perbincangan di tingkat nasional, namun juga di mancanegara. Dalam kesempatan kali ini, Bupati Dodi Reza Alex Noerdin diundang Dewan Ketahanan Nasional sebagai Narasumber dalam Rapat Persiapan Pengkajian Daerah (Kajida) ke Sumatera Selatan Tentang Revitalisasi Perkebunan Karet dalam rangka Penguatan Ekonomi Daerah di Ruang Rapat Kedeputian Pengembangan Jakarta Pusat, Senin (25/1).
"Di Sumsel khususnya di Muba ini kan penghasil karet terbesar, dan sudah terbukti nyata berhasil menguatkan perekonomian daerah di Muba yang dominan merupakan petani karet. Nah, ke depan imbas dari inovasi hilirisasi yang dilakukan Bupati Muba Dodi Reza tidak hanya dirasakan di Muba, ke depan harus dirasakan seluruh petani karet di Sumsel bahkan Indonesia," ungkap Deputi Pengembangan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Marsda TNI Sungkono.
Sungkono menilai, Kabupaten Muba dinilai sangat tepat untuk menjadi pilot project dan leader dalam implementasi penguatan ekonomi daerah di sektor perkebunan karet. "Muba sudah mengimplementasikan hilirisasi berupa inovasi pembangunan infrastruktur jalan yang berbahan baku karet, dan saat ini juga sudah memiliki pabrik aspal karet sendiri yang telah operasional," ucapnya.
Pembantu Deputi Urusan Ekonomi Setjen Wantannas, Brigjen Pol M Nazli MM. Ia mengatakan, sangat mengapresiasi inovasi hilirisasi karet di Muba yang sudah berjalan saat ini. "Ini sangat tepat menjadi percontohan dalam upaya menguatkan perekonomian di sektor perkebunan karet, tentu harus disupport," ungkapnya.
Menurutnya, terlebih Presiden RI Joko Widodo masih sangat gencar dan massif dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas pembangunan infrastruktur terutama jalan sampai ke daerah pelosok. "Dan inovasi hilirisasi aspal karet adalah jawaban untuk menguatkan perekonomian di sektor perkebunan karet, dan kami yakin serapan karet petani lokal dapat terserap dengan maksimal serta harga karet dapat stabil dan dirasakan petani rakyat," tegas Nazli yang juga Ketua KAJIDA.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane dan Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Moenardi Soedargo. Ia mengungkapkan, upaya hilirisasi karet di Muba yang telah berjalan saat ini merupakan langkah konkret menggairahkan harga karet di kalangan petani rakyat serta realisasi mimpi nyata.
"Kami berharap inisiasi inovasi hilirisasi karet di Muba ini tidak hanya dirasakan petani dan para pemangku kepentingan di Muba dan Sumsel saja, namun juga dirasakan di skala nasional, juga dapat meningkatkan produksi karet lateks di Indonesia," harapnya.
Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin memaparkan, banyak upaya yang sudah dilakukan Pemkab Muba dalam upaya menstabilkan harga karet di Muba yang selaras dengan gencarnya hilirisasi karet di Muba. Diantaranya, peningkatan kapasitas dan produktivitas pekebun yakni dengan
Penggunaan Bibit Unggul, pupuk Berimbang, Sekolah Lapang Petani Karet, dan Pelatihan dan Pendampingan Petani Implementasi Good Agricultural Practices (GAP).
"Kemudian, Pembentukan dan Membenahi Kelembagaan Petani Karet, Pembentukan Kelembagaan petani karet melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) berdasarkan Perbup No. 324/2015," imbuhnya dalam siaran pers.
"Saat ini terdapat 92 UPPB dengan anggota 13.580 Kepala Keluarga (KK), dan Karet dijual secara lelang online menggunakan aplikasi SANG BOKAR berkala tiap satu minggu dengan harga lebih tinggi. Selisih harga mencapai Rp 4.000 per kg, UPPB sebagai produsen lateks pekat (Keluang, Babat Toman, Plakat Tinggi), Transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan Program UPPB Badan Hukum, dan Melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih," tambahnya dalam siaran pers, Senin (25/1).
Kepala Daerah Inovatif ini menambahkan, dalam kaitan realisasi Pendirian Pabrik Aspal Karet Musi Banyuasin yakni Bahan baku melimpah dan dekat bahan baku, Posisi strategis Muba memudahkan distribusi aspal karet, dan posisi Muba dilalui jalan nasional dan jalan penghubung kabupaten lainnya memerlukan aspal untuk pemeliharaan.
"Lalu, dukungan teknologi produksi aspal karet dari Puslit Karet Bogor dan PT. Jaya Trade Indonesia, Tersedianya captive market dari APBN dan APBD, dan Upaya Pemerintah merubah paradigma
produksi pada tataran petani," bebernya.
Lanjut Dodi, pengembangan sektor hilir komoditas perkebunan di Muba diperkuat dengan
pengembangan infrastruktur melalui optimalisasi ruas tol Betung (Sp.Sekayu)-Tempino-Jambi yang melintasi Kabupaten Musi Banyuasin, Optimalisasi ruas tol Betung (Sp. Sekayu)-Tempino-Jambi memperkuat konektivitas pada ruas jalan dalam Kabupaten Musi Banyuasin, memacu Pemerintah Daerah memanfaatkan sebesar-besarnya inovasi aspal karet lateks sebagai bahan baku
konstruksi jalan dengan alokasi anggaran APBD sebesar Rp 100 miliar per tahun.
"Dampak implementasi yang dirasakan yakni Peningkatan pendapatan petani dengan penjualan harga bokar melalui sistem lelang UPPB mencapai Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kg dan peningkatan
harga dengan diversifikasi menjadi lateks pekat yang sudah di centrifuge mencapai Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kg.
Merubah kebiasaan petani karet untuk memproduksi karet bersih, dan Merubah petani dari on-farm menjadi off–farm dengan kemampuan untuk mengolah dan menjual sendiri produksinya (Produksi lateks pekat)," terangnya.