Melesetnya target tersebut, menurut Bima Arya, disebabkan karena sulitnya nakes untuk mendaftar ulang melalui website pemerintah pusat, maupun menerima pesan singkat (SMS blast). "Jadi nakes kita ada yang belum menerima SMS blast, belum direspon, sulit mengakses aplikasi Peduli Lindungi," kata Bima Arya.
Dia mengatakan, saat ini Pemkot Bogor masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menganggapi permasalahan tersebut. Secara terpisah, kata Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengakui ada keterlambatan target vaksinasi dari yang seharusnya sudah mencapai 50 persen.
"Vaksinasi Kota Bogor berjalan lamban karena terkendala sistem daring yang dibuat pemerintah pusat," kata Retno. Dia mengatakan, sekitar 9.000 penerima vaksin terdaftar diambil dari data pusat, selanjutnya para penerima vaksin akan menerima SMS blast. Sementara, dari tahap SMS blas tersebut, belum semua nakes menerima.
Selain itu, kendala kedua para penerima vaksin yakni tidak bisa login di pedulilindungi.id, di mana para nakes akan mendapatkan lokasi dan waktu penerimaan vaksin. "Setelah saya konsultasikan ke pusat, Kemenkes juga menerima keluhan hampir sama di berbagai daerah," kata Retno.
Retno menuturkan, pemerintah daerah tidak bisa melakukan vaksin dengan sistem manual, lantaran laporan vaksinasi harus terekam secara sistem karena terkait dengan pengiriman vaksin tahap dua. Sehingga, lanjutnya, pemerintah pusat berjanji akan memperbaiki sistem itu.
"Maunya kita manual saja, tapi tidak bisa. Karena harus tersistem, bila tidak tersistem maka vaksin kiriman tahap dua tidak akan diberikan sesuai kebutuhan," ujarnya.