Rabu 20 Jan 2021 15:09 WIB

Aksi Mogok Pedagang Daging Sapi

Pedagang daging sapi tak kuat hadapi kerugian terus menerus.

Alat cacah daging tersimpan di los daging saat aksi mogok jualan di pasar tradisional Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (20/1). Aksi mogok tersebut serentak dilakukan pedagang daging sapi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mulai Rabu (20/1) hingga Jumat (22/1)  sebagai bentuk protes imbas dari melonjaknya harga daging sapi mencapai Rp.130 ribu per kilogram. Republika/Thoudy Badai.
Foto:

Pedagang sapi impor, Muhammad Yusuf (45 tahun), mengatakan, kenaikan harga daging memang seakan tidak ada habisnya. “Saya ngikut orang-orang. Kata orang-orang libur ya libur, kompak. Soalnya (harga) daging ini enggak berhenti-berhenti naiknya, sedangkan penjualan di pasar itu masih lemah,” cerita Yusuf.

Yusuf menuturkan menjual khusus daging sapi impor karena tidak kuat menjual daging sapi lokal yang melambung tinggi. “Kalau (daging sapi) lokal saya tidak bisa. Bisa belanja tapi tidak bisa setor. Masalahnya harganya. Kalau Rp 130 ribu per potong kayaknya kewalahan,” terangnya.

Menurut penuturannya, harga daging sapi impor yang dijualnya juga mengalami kenaikan, namun tidak setinggi daging sapi lokal. Untuk daging sapi impor, kata dia, ada kenaikan dari Rp 70 ribu menjadi Rp 73 ribu per kilogram dari tempat pemasok.

Namun, dia tetap menjualnya ke pembeli dengan harga Rp 100 ribu hingga Rp 105 ribu per kilogram untuk tetap bisa menggaet pembeli. “Jadi intinya pada naik semua sejak awal tahun, jadi tidak cuma lokal tapi juga dari impor,” jelasnya.

Pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru, Kecamatan Bekasi Barat,  Rudi (34), mengatakan, aksi mogok jualan dilakukan sebagai puncak kekesalan para pedagang daging akan tingginya harga jual. Dia menuturkan, harga daging sapi eceran di tingkat rumah potong sudah naik sejak hari libur Natal lalu.

"Jadi ini memang puncak kekesalan kami ya. Harga mulai naik sejak Natal. Dari yang tadinya Rp 110 ribu menjadi Rp 120 ribu," kata Rudi saat ditemui.

Kondisi ini diperparah karena adanya pandemi Covid-19. Sebagai pedagang daging yang sudah berpengalaman sejak tahun 2010, ia paham betul bahwa barang dagangannya itu kebanyakan dinikmati oleh konsumen menengah atas.

"Kebanyakan kan daging yang konsumsi itu orang menengah atas. Nah mereka selama corona pada mengurangi beli daging. Bisa dibilang kami itu sudah jatuh tertimpa tangga," ungkapnya.

Ketua Harian Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi, menjelaskan, kenaikan harga mulai terjadi sejak Juli 2020 dan terus berlangsung hingga Januari 2021. Rata-rata kenaikan mencapai Rp 13 ribu per kilogram (kg) untuk pembelian sapi impor dari Australia.

Kenaikan itu terjadi karena para importir sapi sudah mendapatkan harga yang sangat tinggi dari Australia. "Per Juli 2020 sudah pada posisi 3,6 dolar AS (Rp 50.400 kurs Rp 14 ribu) per satu kilogram bobot hidup sapi bakalan, dan harga per Januari 2021 sudah 3,9 dolar AS (Rp 54.600). Ini belum termasuk biaya-biaya bongkat muar pelabuhan dan transformasi angkutan," kata Asnawi dalam keterangannya.

Ia mengatakan, akibat kenaikan harga yang terus terjadi, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan telah meminta kepada Gapuspindo untuk tidak menaikkan harga dalam dua bulan ke depan. Dengan kata lain, tetap pada harga Rp 47 ribu-Rp 48.500 untuk harga sapi hidup di feedlot atau setara dengan harga karkas Rp 95 ribu-Rp 98 ribu per kg.

Menurutnya, dalam upaya stabilisasi harga dan kecukupan ketersediaan sapi siap potong, pemerintah dalam waktu dekat melalui Kementerian Perdagangan akan melakukan pemberian izin kepada para importir untuk melakukan impor sapi dari negara Meksiko dan sapi slaughter dari Australia.

Pemerintah, kata Asnawi juga berjanji untuk segera memberikan pengumuman terkait kenaikan yang bersifat anomali bahwa harga jual daging sapi di tingkat pengecer atau pedagang daging sebesar Rp 130 ribu per kg. "Kemendag juga tidak bisa memaksakan pedagang mesti harus berdagang walau harus menanggung kerugian, dan juga tidak mempersalahkan jika pedagang daging sapi tidak berdagang karena itu pilihan," kata Asnawi.

photo
Sejumlah lapak daging sapi di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan tampak kosong. Para pedagang di pasar tersebut memutuskan mogok jualan selama tiga hari dari Rabu (20/1) hingga Jumat (22/1), menyusul adanya kenaikan harga komoditas tersebut. - (Republika/Eva Rianti)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement