REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Harga daging sapi di tingkat pedagang naik. Kenaikan dikeluhkan pedagang karena daya beli masyarakat anjlok selama pandemi Covid-19.
Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru, bernama Rudi (34), menuturkan, harga daging sapi karkas di rumah potong hewan sudah mencapai Rp 90 ribuan per kilogram. Sedangkan, satu karkas hanya mengandung 40 persen daging sapi utuh. Kondisi itu terjadi sejak Natal 2020.
"Saya pedagang kayak gini nih memang kita khawatir, prihatin sudah barang mahal, yang belanja tidak ada," ujar Rudi saat ditemui di kiosnya, Rabu (20/1).
Dia mengatakan, berkurangnya pembeli daging sapi memang sudah terjadi sejak masa pandemi Covid-19 berlangsung. Rudi menyebut, konsumennya memang rata-rata adalah orang yang mampu membeli daging.
"Daging itu kan hanya kalangan menengah ke atas pembelinya mah. Yang menengah ke bawah kan masih banyak pilihan lauk pauk, ketemu beras saja Alhamdulillah," tuturnya.
Kondisi ini membuat hukum ekonomi tak berjalan sebagai mestinya. "Sekarang kalau modal sepaha Rp 90 ribu per kilo, kali timbangan 70 kilo gitu mungkin kalo ada daging sekian kilo kan persennya masuk, ini tidak masuk persentase (marginnya)," jelas dia.
Sebelum harga karkas naik, normalnya harga karkas per kilogram Rp 86 ribu. Sedangkan harga daging utuh yang dibeli dari tengkulak atau bandar dijual seharga Rp 110 ribu.
"Sebelum tanggal 25 itu daging bulat Rp 110 ribu. Kita jual Rp 120 ribu. Masih ada untung walau belum lagi menjaga timbangan. Kalau nggak jaga timbangan, pembeli itu suka minta tambahin. Kita sebagai pedagang bukannya pelit tapi itu kan persentase perdagangan," terangnya.
Dia pun berharap kondisi ini dapat segera berlalu. Sedianya rencana mogok jualan ini akan dilakukan hingga Sabtu mendatang. Rudi dan pedagang sapi lainnya tentu ingin harga daging sapi dapat kembali normal.