Terkait pencarian memori CVR, Bagus mengatakan, saat ini tim penyelam masih melakukan pencarian secara manual atau konvensional. Bagus menuturkan, kondisi bawah laut banyak terdapat serpihan pesawat dan berlumpur dan arus bawah air.
“Para penyelam cukup kesulitan dan membutuhkan waktu relatif lama. Ya, karena dua pinger atau underwater locator beacon (ULB) CVR tersebut sudah terlepas dan telah ditemukan bersamaan dengan penemuan Flight Data Recorder (FDR). Sementara temuan terakhir tim penyelam merupakan casing atau bungkus CVR,” jelas Bagus.
Bagus menegaskan, data dari FDR dan CVR sangat diperlukan oleh tim KNKT karena memori tersebut menyimpan semua percakapan terakhir pilot dan kru pesawat Sriwijaya Air yang jatuh tersebut. Terutama untuk mengungkap jatuhnya pesawat naas tersebut.
“Operasi ini kami laksanakan 24 jam, siang dan malam hari,” ujar Bagus.
Saat ini Basarnas sudah memperpanjang kembali waktu operasi SAR jatuhnya pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak pada 9 Januari 2021. Hingga proses pencarian hari ke-10 atau sore ini (18/1), total sebanyak 310 potongan tubuh korban. Selain itu, 60 serpihan pesawat dan 55 potonhan material besar pesawat.