REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) pesawat jatuh Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada hari kesembilan, Ahad (17/1) kemarin, terkendala jarak pandang dan arus bawah laut yang deras. "Berdasarkan laporan rekan penyelam, pelaksanaan penyelaman cukup baik memang kendala utama visibility (jarak pandang)," kata Kolonel Laut (P) Teddie Bernars, selaku Wadan Satgas SAR TNI AL di KRI Rigel-933, Ahad.
Kendala jarak pandang dapat diatasi dengan koordinasi yang baik tim pencarian di lapangan, adanya pembagian sektor maka kendala dapat ditekan. Selain jarak pandang, arus air di bawah permukaan juga menjadi kendala tim penyelaman dalam upaya mencari korban dan serpihan pesawat termasuk memori cockpit voice recorder (CVR).
"Arus air menjadi kendala penyelam karena arus yang di bawah permukaan air cukup kencang, menjadikan kendala bagi penyelam melaksanakan pencarian," kata Teddie.
Pada hari kesembilan pencarian ini, tim SAR lapangan mempersempit ruang pencarian dengan luas 30x30 meter yang dibagi empat kuadran. Kuadran pertama dilaksanakan oleh Tim Basarmas beserta Polri.
Kuadran kedua dilaksanakan penyelaman Tim Denjaka dan Taifib. Lalu kuadran yang ketiga oleh Tim Kopaska dan kuadran keempat dari Tim Dislambair.
Teddie menyebutkan, hasil pencarian yang didapat oleh para tim hari ini berupa serpihan pesawat Sriwijaya. Serpihan tersebut langsung dibawa oleh KRI Kurau untuk selanjutnya diserahkan ke Posko SAR Terpadu di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok.
"Juga ditemukan body part (bagian) korban yang ikut penerbangan," ujarnya.