REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan kesalahan pemerintah dalam mengatasi pandemi adalah tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Ia mengatakan, sebenarnya masyarakat adalah garda terdepan dalam menghadapi pandemi sehingga harus diikutsertakan.
"Yang paling penting, partisipasi masyarakat yang ditinggalkan. Makanya Indonesia gagal mengendalikan pandemi. Masyarakat itu garda terdepan, yang dilupakan sejak awal itu pemerintah tidak mengajak masyarakat," kata Pandu, dalam webinar bertajuk Demokrasi Di Masa Pandemi, Jumat (15/1).
Selain itu, Pandu yang menamai dirinya juru wabah ini juga mengatakan pencegahan Covid-19 tidak cukup hanya mengandalkan vaksin. Vaksin sinovac hanya memiliki efikasi 50 hingga 65 persen. Artinya, Sinovac hanya mengurangi risiko seseorang untuk menjadi sakit sekitar 50 hingga 65 persen.
Pandu menambahkan, vaksin bukan merupakan solusi jangka pendek. Vaksin membutuhkan waktu yang lama sampai penyakit itu betul-betul hilang. Ia mencontohkan penyakit polio yang mulai dilakukan vaksin sejak tahun 1950-an hingga penyakitnya hilang butuh waktu yang lama.
Walaupun demikian, ia menyayangkan glorifikasi vaksin yang terlalu besar. Seakan-akan setelah vaksin datang penyakit Covid-19 akan hilang dan kehidupan kembali semula.
"Jangan hanya mengandalkan vaksin, tapi glorifikasi vaksin luar biasa. Jadi kita itu seneng pesta. Dalam menghadapi pandemi ini banyak upacara-upacara," kata dia lagi.