REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Ronggo Astungkoro, Rahayu Subekti
Kotak hitam alias black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, telah ditemukan pada Selasa (12/1). Tim SAR TNI AL mengungkapkan tantangan dan proses pencarian hingga pengangkatan kotak hitam jenis rekaman data penerbangan atau Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu.
"(Tantangannya) banyak, jadi penemuan kotak hitam itu prosesnya panjang. Mulai dari awal kita temukan bongkahan besar, bagian-bagian part pesawat yang besar terus kita lakukan pencarian jam hingga mendapatkan beacon-nya, kemudian siang hari dapat casing FDR nya, pas terakhir saya (menyelam) bersama tiga rekan saya, kita dapat FDR-nya," ujar Mayor Laut Teknik Iwan Kurniawan di Jakarta, Selasa (12/1).
Iwan menerangkan, proses pencarian dari awal penyelaman dilakukan selama tiga hari. Tim melakukan survei terlebih dulu dan kemudian melihat titik-titik yang terdapat bongkahan-bongkahan besar.
Pada hari-hari berikutnya bongkahan-bongkahan tersebut diangkat. Begitu sudah diangkat semua harapannya bongkahan besar itu bisa mempermudah pencarian.
Pada Senin (11/1) tim mulai mempersempit area pencarian kotak hitam SJ 182. Para penyelam melakukan pencarian kotak hitam pesawat tujuan Jakarta-Pontianak itu di satu titik dengan area seluas 140x100 meter.
Kemudian pada Selasa (12/1), berdasarkan area pencarian yang telah dipersempit, Tim SAR TNI AL melanjutkan pencarian secara simultan melalui udara, pencarian di atas permukaan air menggunakan perangkat side scan sonar, MBES, ping locator, dan ROV. Sementara tim penyelam, menurut Iwan, tim sudah mulai melakukan penyelaman sejak sekitar pukul 07.00 WIB.
"Pertama kita dikasih titik koordinat dari KRI Rigel. Kita buang jangkar di situ, lalu kita lakukan pencarian kemudian kita circle di situ, ketemu puing-puing, lalu kita pindahkan jangkar kita floating awal lagi. Setelahnya baru kita survei lagi dimana material-material objek yang agak besar dan berat harus kita angkat," katanya.
Pada Selasa siang, info ditemukannya kotak hitam SJ 182 sampai ke Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto. Awalnya, laporan bagian yang ditemukan adalah underwater locator beacon (ULB).
"Hari ini tepat jam 14.00 WIB, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) menyampaikan informasi kepada saya, sesuai dengan perkiraan yang ditentukan di wilayah yang sudah ditandai telah ditemukan bagian dari FDR," ungkap Hadi dalam konferensi pers di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1).
Kemudian KSAL, Laksamana TNI Yudo Margono, menyampaikan kepada Hadi bagian yang ditemukan saat itu merupakan serpihan pesawat dan ULB. ULB merupakan perangkat yang terdapat pada black box yang mengeluarkan sinyal ultrasonik di dalam air.
"Saya sampaikan kepada KSAL agar terus dicari FDR yang kemungkinan besar masih di wilayah yang menjadi perkiraan kita sebelumnya," jelas Hadi.
Lalu, pada pukul 16.40 WIB, KSAL melaporkan kembali FDR sudah ditemukan. Pada saat itu juga dilaporkan ULB yang ditemukan berjumlah dua buah. Menurut Hadi, itu berarti black box satu lagi, yakni cockpit voice recorder (CVR), masih perlu dicari dengan tanpa adanya bantuan perangkat tersebut.
"Namun kami meyakini semua bahwa karena beacon yang ada di cockpit voice juga ditemukan di sekitar situ, maka dengan keyakinan yang tinggi maka kita juga akan segera ditemukan," kata dia.
Hadi pun memastikan tim SAR gabungan masih akan melanjutkan pencarian untuk menemukan rekaman suara di kokpit atau CVR dan jenazah korban serta serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
“Operasi belum selesai karena terus akan kita lakukan evakuasi korban termasuk seluruh potongan body pesawat adalah rangka melengkapi yang diperlukan KNKT,” kata Hadi.
Petugas gabungan TNI AL kemudian kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 ke Dermaga JICT II Tanjung Priok. Kotak hitam dimasukkan ke dalam boks dan berisi air berwarna kecokelatan, kemudian dibawa menggunakan Sea Rider oleh beberapa penyelam di antaranya Kopaska dan Dislambair.