Selasa 12 Jan 2021 19:31 WIB

Menyelam Hingga Gelap demi Korban Sriwijaya Air

Tim penyelam bekerja keras mengingat keluarga korban yang menunggu kabar.

Prajurit TNI AL menaiki sepeda di samping hasil temuan tim penyelamat pada kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) telah mengevakuasi total 74 kantong jenazah korban kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 dan sejumlah puing bagian pesawat selama tiga hari pencarian.
Foto:

Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Presiden Joko Widodo menitipkan sejumlah instruksi terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air. Budi mengatakan, Presiden meminta penyebab kecelakaan tersebut harus segera ditemukan.

"Ini harus dijadikan pembelajaran bagi kinerja penerbangan nasional," kata Budi dalam konferensi pers di JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (12/1).

Selain instruksi tersebut, Budi mengatakan presiden juga meminta penanganan musibah kecelakaan tersebut harus cepat dilakukan. Khususnya dalam menemukan kotak hitam pesawat untuk dilakukan investigasi.

Tak hanya itu, Budi menuturkan, Presiden juga proses evakuasi juga harus segera diselesaikan. "Begitu juga dengan jenazah korban dan potongan pesawat harus diangkat," tutur Budi.

Budi menambahkan, Presiden juga meminta hak para korban juga harus dilakukan dengan baik. Hak yang seharusnya diterima harus segera diproses kepada keluarga korban.

Ia mengatakan Presiden menaruh perhatian besar pada jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. Budi ditelepon oleh Presiden lebih dari lima kali untuk mengetahui kondisi terkini.

“Tercatat lebih dari lima kali Bapak Presiden menelpon saya dan berdiskusi,” katanya. Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah ini, duka cita kepada keluarga korban, dan mendoakan para korban.

“Saya baru saja dipanggil Pak Presiden untuk melaporkan kejadian musibah Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu. Pertama kali Bapak Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah ini, duka cita kepada keluarga korban, dan mendoakan agar almarhum-almarhumah mendapatkan tempat di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” kata dia.

Saat ini, flight data recorder (FDR) yang merupakan bagian dari kotak hitam pesawat Sriwijaya Air tersebut telah ditemukan. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan selanjutnya akan melakukan analisa.

"Kami mohon doa dari semua agar pengunduhan data berjalan lancar. Kita butuh waktu dua sampai lima hari," kata Soerjanto dalam konferensi pers di Terminal JICT, Selasa (12/1).

Soerjanto mengatakan, KNKT akan menganalisa data terakhir yang terekam di FDR pesawat tersebut. Dia memastikan, KNKT akan menyampaikan secara garis besar data yang ada di dalam FDR setelah selesai mengunduh dan menganalisanya.

"Semoga berjalan lancar dan segera bisa mengungkap misteri apa yang ada di dalam kecelakaan ini," ujar Soerjanto.

Soerjanto mengharapkan dengan terungkapnya penyebab kecelakaan tersebut bisa dilakukan evaluasi. Khususnya menjadi pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Itu tujuan KNKT untuk masalah keselamatan. Semoga selanjutnya, cockpit voice recorder (CVR) pesawat bisa ditemukan," jelas Soerjanto.

Setiap pesawat memiliki dua kotak hitam yakni FDR dan CVR. FDR berisi rekaman data perjalanan pesawat dan CVR berisi rekaman data percakapan pilot di dalam kokpit.

Kotak hitam FDR pesawat Sriwijaya Air tersebut ditemukan pada pukul 16.40 WIB. FDR tersebut ditemukan di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.

photo
Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement