REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- IPB University dalam kapasitasnya yang terbatas turut berpartisipasi mencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh. IPB University telah mengirimkan utusan pencarian yang dipimpin Kepala Program di Pusat Studi Bencana (PSB), Syamsul Bahri Agus dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.
Di dalam keterangannya, Syamsul bekerjasama dengan masyarakat Pulau Lancang melakukan pencarian dengan menggunakan alat pendeteksi echosounder. Dengan peralatan ini, paling tidak upaya penelusuran berbagai obyek dapat dilakukan sehingga semua lokasi sebaran dari berbagai benda yang berasal dari pesawat bisa dikumpulkan.
"Lokasi yang diduga titik jatuh dan sebaran puing-puing pesawat bersubstrat berlumpur dengan tingkat visibility rendah. Sehingga harus dilakukan secara teliti atau dapat memastikan obyek benda atau bukan. Tim berada di lapangan untuk bersama-sama dengan pihak lain melakukan pencarian," kata dia, Senin (11/1).
Pada Ahad, 10 Januari 2020 pagi pukul 08.00 WIB, Tim Ilmu Kelautan IPB University berhasil mendeteksi paparan logam di dasar perairan Pulau Lancang. Lokasi tersebut berada di arah selatan lepas pantai Pulau Lancang, sejauh 8 mil dari bibir pantai pulau tersebut.
"Ada objek mencurigakan yang kami yakini adalah logam yang merupakan bagian besar dari Pesawat Sriwijaya," katanya. Objek tersebut terdeteksi sepanjang sekitar 1 mil di radius pendeteksian.
Deteksi data logam berat tersebut dilakukan oleh alat instrumen kelautan sederhana Echo Sounder Aquamap 80 Garmin. "Data-data tersebut kemudian kami berikan kepada tim pencarian Kopaska TNI AL dan juga tim Basarnas," kata dia menambahkan.