REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pada 4 Januari 2021 tercatat guguran lava pijar untuk pertama kali di Gunung Merapi, menandai pula masuknya Merapi ke fase erupsi 2021. Terekam di seismogram dengan amplitudo 33 milimeter dan durasi 60 detik.
Suara guguran terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan. Selama satu pekan terakhir, guguran lava pijar teramati sebanyak 19 kali dengan jarak luncur maksimal 800 meter ke arah hulu Kali Krasak.
Pada 7 Januari 2021, mulai terjadi awan panas sebanyak empat kali yaitu 08.02, 12.50, 13.15, dan 14.02 WIB. Jarak luncur awan panas guguran diperkirakan kurang dari satu kilometer ke arah hulu Kali Krasak.
Analisis morfologi area puncak berdasarkan foto sektor barat daya pada 7 Januari 2021 terhadap 24 Desember 2020 menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak. Disebabkan aktivitas guguran dan kubah lava baru.
"Intensitas kegempaan lebih tinggi dibandingkan pekan lalu," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, Jumat (8/1).
Deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dari reflektor RB1 dan RB2 pekan ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 15 centimeter per hari. Kesimpulannya aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi.
"Sehingga, status aktivitas masih dalam tingkat siaga," ujar Hanik.
Posisi kubah lava baru di sisi barat daya, tapi masih butuh pengamatan untuk mengetahui volumenya. Potensi bahaya masih guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh lima kilometer.