Jumat 08 Jan 2021 02:14 WIB

Satgas Pangan Polri Terus Selidiki Kelangkaan Kedelai

Polri tengah melakukan analisis data ketersediaan dan kebutuhan kedelai nasional.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Kadiv humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah).
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Kadiv humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meski belum menemukan indikasi adanya pelanggaran yang menyebabkan terjadinya kelangkaan kacang kedelai, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri masih terus melakukan penyelidikan. Hal itu dilakukan menindaklanjuti adanya lonjakan harga kacang kedelai dan sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi.

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan saat ini pihaknya tengah melakukan analisis data ketersediaan dan kebutuhan kedelai secara nasional. Kemudian juga berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait ketersediaan, importasi dan harga saat ini.

Baca Juga

"Kesiapan pengecekan gudang importir kedelai sesuai data yg diperoleh dari Kemendag dan Kementan," kata Argo dalam keterangannya, Kamis (7/1).

Selanjutnya, kata Argo, pihak petugas juga berkoordinasi dengan pihak asosiasi. Hal itu untuk mengetahui sentra-sentra produk olahan berbahan dasar kedelai dan distribusinya.

Satgas Pangan Polri sendiri telah melakukan pengecekan gudang importir kedelai yang berada di tiga lokasi. Yaitu PT. Segitiga Agro Mandiri di Bekasi, Jawa Barat. PT. FKS Mitra Agro di Tangerang, Banten dan PT.  Sungai Budi di Tangerang Banten.

"Juga melakukan penyelidikan terhadap dugaan penimbunan yang mengakibatkan stok langka dan permainan harga oleh spekulan," ungkap Argo.

Sebelumnya, Kabag Penum Div Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan menyampaikan bahwa Satgas Pangan Polri belum menemukan adanya pelanggaran yang menyebabkan kelangkaan kacang kedelai. Memang, ada kecurigaan dari masyarakat atau ada penimbunan segala macam, karena harga kedelai melonjak tinggi.

Kemudian, sambung Ramadhan, Satgas Pangan Polri melakukan ke tiga gudang importir kedelai tersebut. Didapati fakta bahwa terjadinya kenaikan harga kedelai selain disebabkan harga beli dari negara asal mengalami kenaikan yang sebelumnya Rp. 6.800 menjadi Rp. 8.300 juga ada permasalahan pengangkutan. Sejak pertengahan bulan Oktober sampai dengan Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang.

"Sehingga menggunakan angkutan tujuan negara Singapore dan sering terjadi keterlambatan dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia," tutur Ramadhan.

Akibatnya, lanjut Ramadhan, hal ini yang menyebabkan keterlambatan antara dua sampai dengan tiga pekan untuk sampai ke Indonesia. Untuk bahwa total kebutuhan kacang kedelai secara nasional sebanyak 3.130.495 ton. Jumlah tersebut digunakan untuk pemenuhan untuk industri, baik besar, sedang, mikro kecil sebanyak 3.092.351 ton. Konsumsi untuk tahu dan tempe sebanyak 13.480 ton, benih sebanyak 9.858 ton dan kemungkinan hilang atau tercecer sebanyak 14.806 ton.

"Pemenuhan kacang kedelai dari dalam negeri atau lokal sebanyak 296.124 ton tidak dapat mencukupi kebutuhan nasional, sehingga perlu didukung pemenuhan melalui impor sebanyak 3.180.916 ton," terang Ramadhan.

Situasi saat ini, kata Ramadhan, diperkirakan stok ketersediaan kacang kedelai yang ada sebanyak 411.975 ton. Sedangkan stok yang ada di importir sebanyak 200.000 dan 250.000 posisi masih berada di Singapura menunggu keberangkatan. ().

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement