Elly mengatakan, pihaknya tidak dapat melaksanakan operasi pasar sebab komoditas cabai rawit tidak masuk kepada pangan strategis. Selain itu, stok cabai saat ini berkurang bukan karena terjadi penimbunan barang.
Ia mengungkapkan, permintaan cabai pada Desember tahun 2020 lalu meningkat akibat terdapat libur Natal dan tahun baru 2021 yang menjadi pemicu kenaikan harga. Namun, saat ini harga cabai rawit perlahan mulai turun dan berharap kembali kepada harga normal.
"Harga normal sekarang, mulai landai. Tahun baru sudah lewat, dicek disdagin bidang distribusi cabai rawit berkurang dari Rp 100 ribu menjadi Rp 90 ribu, permintaan menurun," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya bersama Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) melakukan pengawasan di pasar-pasar tradisional menyangkut berita yang ramai dibahas tentang cabai yang dicat. Sejauh ini, tidak terdapat cabai yang dicat. "Nggak ada, insya Allah," katanya.