Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ikan wader dan ikan karang laut memiliki kandungan mikroplastik tertinggi mencapai 30 sampai 52 partikel per individu. Udang windu dan udang jerbung mengandung 13 hingga 16 partikel/individu lebih besar dibandingkan ikan gabus, bambangan, kerapu, bilis dan ikan payus. Saat ini ikan-ikan tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kecil di bawah lima milimeter (mm) hingga satu mm. Serpihan ini berasal dari degradasi plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, tali rafia, senar jaring, botol plastik , dan bahan pembungkus makanan serta minuman. "Sumber lainnya berasal dari butiran-butiran mikro (mikrobeads) yang ada dalam pasta gigi, shampo, sabun lulur dan kosmetik," katanya.
Chlara menegaskan, mikroplastik mengandung tiga bahan bahaya dalam proses pembuatannya. Bahan tersebut antara lain Bisphenol A (BPA) dalam bungkus makanan berfungsi agar plastik keras. Kemudian Alkylphenols yang digunakan dalam berbagai aplikasi penghilang lemak (degreasers), pengemulsi (emulsifiers), kosmetik, dan produk-produk perawatan tubuh. Lalu bahan Phthalates yang merupakan senyawa aditif pembuat plastik menjadi fleksibel.
Menurut Chlara, BPA dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan diasosiasikan dengan disfungsi seksual di antara laki-laki yang mengalami pajanan di tempat kerja. BPA juga diasosiasikan dengan kanker payudara, prostat, kanker ovarium, dan kanker endometrium
Selanjutnya, Alkylphenols diketahui dapat menyebabkan infertilitas pada laki-laki. Dalam hal ini termasuk jumlah sperma rendah dan mengganggu perkembangan prostat. Penelitian juga menunjukkan pajanan okupasi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara pada laki-laki dan perempuan.
Sementara bahan Phthalates, kata Chlara, dapat menurunkan tingkat testosteron dan estrogen. Lalu meningkatkan gangguan kehamilan dan angka keguguran. "Menyebabkan anemia, toksemia, preeklampsia, menopause dini," jelasnya.