Senin 04 Jan 2021 06:13 WIB

Perjalanan di Titik Persimpangan: Catatan 28 Tahun Republika

Republika tetap mengafirmasi berbagai terobosan teknologi.

Halaman muka Koran Republika.
Foto:

Oleh : Irfan Junaedi, Pemimpin Redaksi Republika

Memasuki pertengahan 2000-an, media sosial mulai hadir merebut perhatian publik. Sumber informasi mulai banyak ditemukan di akun-akun media sosial. Akhirnya, media massa pun harus berbagi ruang publik dengan media sosial. Isu soal kecepatan menjadi mengemuka. Media massa yang konvensional maupun digital dihadapkan pada perlombaan adu kecepatan dalam menjangkau publik. Seperti pepatah lama, siapa cepat dia dapat. Efek samping dari balapan ini adalah soal akurasi.

Dinamika perjalanan tersebut seluruhnya dirasakan Republika. Jatuh bangunnya suasana publik direkam dan diramu sebagai sajian berita bagi masyarakat luas. Republika ikut menjadi bagian dari elemen yang menemani laju perubahan bangsa dalam 28 tahun terakhir. Dengan segala kekurangannya, Republika ingin sekali menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam mengatasi semua rintangan.

Jurnalisme dengan energi yang positif menjadi urat nadi Republika. Setiap pesan yang diberitakan Republika adalah energi kebaikan. Semua fungsi jurnalisme dijalankan untuk membawa kemajuan dan kemaslahatan, bukan semata-mata mengejar perhatian publik. Meskipun dalam situasi post truth, perhatian publik adalah harta karun untuk mengokohkan pilar bisnis industri media.

Maka tidak heran jika kemudian banyak muncul penyedia konten yang benar-benar mengedepankan tujuan untuk merebut perhatian publik. Segala cara ditempuh untuk semata-mata menjadi pusat perhatian, meski sering kali mengabaikan nilai-nilai etik. Bahkan, tak jarang, para pemburu perhatian ini juga mengabaikan validitas informasi yang diedarkannya.

Tradisi mencuri perhatian dalam perspektif yang negatif ini jelas sekali merugikan publik. Ruang informasi menjadi sulit menemukan batas kebenarannya. Informasi kredibel banyak tercemar oleh sebaran informasi keliru atau bahkan palsu. Kondisi begini jelas sangat tidak menyehatkan. Publik yang sehat hanya akan lahir dari aliran deras informasi yang kredibel dan sehat.

Lebih parah lagi malah sebaran informasi palsu dijadikan ladang penghidupan untuk tujuan tertentu. Pihak-pihak yang sengaja menyebarkan informasi palsu untuk menimba keuntungan ekonomi, politik, atau pengaruh sosial bermunculan. Berbagai platform global di dunia digital menjadi kendaraan penting mereka.

Ini adalah tantangan serius yang harus dihadapi. Platform media sosial masih memberi ruang kosong bagi hadirnya pabrikasi informasi palsu. Menjadi serius karena paparan media sosial sudah sangat luas. Pembagian ruang informasi media massa banyak diisi oleh media sosial.

Tak hanya informasi palsu, media massa juga banyak terebut kontennya oleh platform-platform global. Keriuhan warga dunia digital hadir ke platform global yang banyak menyajikan konten yang diambil dari pemilik aslinya. Dalam percaturan ini, pemilik asli konten tidak bisa banyak mendapat keuntungan dari keriuhan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement