Rabu 23 Dec 2020 16:38 WIB

Kepala BPIP Apresiasi Tokoh Perempuan di Bidang Kesehatan

Tokoh perempuan masa kini dibutuhkan agar ide kesetaraan menemukan resonansi

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi
Foto: BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan penting pada zamannya masing-masing. Ia mengambil contoh tokoh-tokoh yakni Cut Nyak Dien, RA Kartini, Dewi Sartika, dan Fatmawati.

Namun, semua pihak juga perlu mengapresiasi tokoh perempuan masa kini. "Kita juga perlu mengapresiasi tokoh perempuan masa kini, salah satunya perempuan yang berkontribusi di bidang kesehatan," kata Yudian dalam keterangan rilis di Jakarta.

 

Adapun keterangan tersebut ia sampaikan saat mengisi Webinar Spesial Hari Ibu bertema "Perjuangan Tenaga Medis Perempuan di Masa Pandemi" yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Ia menambahkan, tokoh perempuan masa kini sangat dibutuhkan agar ide tentang kesetaraan menemukan resonansi dan amplifikasi dalam kehidupan sehari-hari.

 

"Sumbangsih mereka juga ada di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, sosial, dan politik, serta kesehatan. Semua tokoh ini menunjukkan bahwa perempuan merupakan pilar penting negara," ujarnya.

 

Yudian berpendapat, pada saat mereka harus mengemban tugas domestik, para tokoh perempuan tetap berkomitmen memberikan yang terbaik bagi komunitas dan bangsanya.

 

Hadir dalam kesempatan yang sama, Dokter Relawan Penanganan Covid-19 Debryna Dewi Lumanauw menceritakan bagaimana pengalamannya ketika bertugas di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

 

Ia tidak menyangka situasi pandemi akan lebih parah dari apa yang dibayangkan. Ia mengaku rasanya nyaris tidak ada waktu untuk duduk beristirahat dan makan dalam satu shift. Namun, dengan adanya tenaga medis perempuan lainnya, ia merasakan adanya dukungan yang mengurangi kelelahan.

 

"Tim saya mayoritas perempuan, justru hal tersebut menjadi sesuatu yang mampu menginspirasi saya karena kami semua bekerja dalam keadaan yang sama," terangnya.

 

"Ternyata semua perempuan, tidak peduli usia dan fisiknya, bahkan ada yang baru melahirkan, tetap saja kuat dan masih melakukan pekerjaan dengan baik," sambung Debryna. Ia juga mengaku, pada saat itu semua saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Hal itu yang membuat mental mereka menjadi lebih kuat.

 

Di sisi lain, ada cerita dari bidan yang mengalami tantangan berbeda yaitu menangani ibu hamil di masa pandemi. Salah satu bidan Puskesmas Bendo, Magetan, Jawa Timur, Iin Rosita menceritakan pengalamannya saat berusaha melindungi dua nyawa sekaligus yakni ibu hamil dan bayi di kandungan.

 

Dengan segala keterbatasan yang ada, ia bersama teman-temannya memanfaatkan inovasi Ojek Ibu Hamil (Jek-Mil) yang mereka inisiasi sejak 2018. "Tujuan Jek-Mil adalah meningkatkan layanan Antenatal Care Terpadu (ANCT), sehingga kemungkinan kematian ibu dan kandungannya dapat diminimalisir," kata Iin.

 

Kendati demikian, tak semua orang mampu menjadi driver bagi ibu hamil. Ia menjelaskan, dalam hal ini, pihaknya melakukan seleksi bagi driver.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement