Senin 28 Dec 2020 19:48 WIB

Lampu Merah dari Rumah Sakit di Sembilan Provinsi

Empat provinsi di Indonesia keterisian rumah sakitnya di atas 80 persen.

Rumah Sakit Lapangan Covid-19 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta, Senin (28/12). Kapasitas rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Yogyakarta kritis. Hal ini imbas tingginya penambahan kasus positif Covid-19 dalam sebulan terakhir.
Foto:

Dari Yogyakarta dilaporkan belum terjadi kekurangan tempat tidur untuk penanganan pasien Covid-19. "Sesungguhnya masih ada beberapa rumah sakit (rujukan) yang bisa menambah bed," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Aji.

Berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY, per 28 Desember 2020 ini masih tersisa 17 tempat tidur untuk penanganan kasus ICU dan 49 tempat tidur untuk kasus non-kritis di 27 rumah sakit rujukan Covid-19. Persentase penggunaan tempat tidur isolasi yaitu 73,4 persen untuk kritis dan 91,5 persen untuk non-kritis.

"Sarana dan prasarananya masih cukup, obatnya masih cukup, tapi tenaga kesehatannya yang kurang," ujar Aji.

Kepala Dinkes DIY, Pembayun Setyaningastutie, mengatakan pemda mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 yang lebih tinggi usai libur Natal dan Tahun Baru. Caranya dengan menambah jumlah tempat tidur.

"Penambahan jumlah ventilator dan HFNC (High Flow Nasal Cannula) di beberapa rumah sakit seperti RSUP Dr. Sardjito, RSUD Yogyakarta, RSUD Nyi Ageng Serang, RSUD Wonosari, RSUD Panembahan Senopati dan RSUD Pratama," ujarnya.

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, namun mengatakan kapasitas rumah sakit rujukan untuk menangani pasien Covid-19 di DIY sudah sangat kritis. "Ini (penambahan kasus) kan luar biasa. Kita lihat kapasitas rumah sudah sangat berat," kata Huda.

Walaupun penambahan kamar isolasi terus dilakukan seiring dengan penambahan kasus baru, namun masih belum maksimal. Huda menuturkan, satu ruang isolasi diisi tiga pasien Covid-19, bahkan hingga lima pasien Covid-19.

"Kita tahu rumah sakit masih cukup kamarnya, masih ada. Tapi, cukupnya dalam tanda petik cukup terpaksa, bukan cukup (yang) longgar," ujarnya.

Banyaknya kasus positif virus corona dikhawatirkan bisa membuat tenaga kesehatan (nakes) tidak bisa menanganinya. Menurut Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, jika nakes di Indonesia beberapa waktu lalu bisa menangani kasus Covid-19, kini tambahan pasien Covid-19 masih bisa ditangani namun dengan persyaratan.

"Yaitu selama fasilitas kesehatannya ditambah, tenaga kesehatannya ditambah. Jadi, tidak mungkin tidak menambah rumah sakit rujukan Covid-19, bed ICU, ventilator, dan tenaga kesehatannya di antaranya perawat, dokter," katanya.

Artinya, dia melanjutkan, sistem tatalaksana ini harus ditambah dan tidak hanya berlaku sekarang. Menurutnya, penambahan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan juga dibutuhkan sebulan ke depan hingga beberapa waktu mendatang. "Kenapa kok begitu? Mau tidak mau, senang tidak senang, kita (Indonesia) harus menyiapkan fasilitas kesehatan beserta nakes, beserta obat, ventilator, dan yang lainnya," ujarnya.

Kendati demikian, Zubairi menilai peringkat Indonesia dalam menangani Covid-19 masih lebih baik. Ia menyebutkan negara ini masih nomor 20 jumlah kasus Covid-19 dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, ia menyebutkan Belanda yang penduduknya sedikit ternyata lebih banyak pasiennya. Kemudian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Belgia ternyata lebih banyak dibandingkan Indonesia.

photo
Tenaga Kesehatan Wafat Terus Bertambah - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement