Sabtu 26 Dec 2020 07:50 WIB

Muhammadiyah, Berbuat tanpa Embel-Embel

Muhammadiyah bekerja bukan atas ada atau tidaknya kekuasaan negara di tangannya

Peran Muhammadiyah di dunia pendidikan sangat besar. Sejumlah siswa-siswi mengantre untuk melakukan transaksi perbankan di kompleks Sekolah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Foto:

Oleh : Deny al Asyari, Direktur Suara Muhammadiyah

Ketika banyak opini yang keluar sekedar ingin seirama dan asal "bapak senang", justru Muhammadiyah konsisten memberikan masukan dan kritik kepada pemerintah. Ketika sebagian  tokoh dan politisi tidak berani bicara tentang penundaan Pilkada di tengah pandemi, Muhammadiyah justru berkali-kali dengan tegas mengingatkan pemerintah untuk menunda Pilkada. 

Dan ketika banyak tokoh dan politisi yang mencari aman dan hati-hati menyikapi RUU Ciptaker, revisi UU KPK dan sebagainya. Muhammadiyah secara tegas meminta pemerintah membatalkannya. 

Apakah sikap Muhammadiyah yang berbeda tersebut agar dilirik oleh pemerintah untuk mendapatkan penghargaan tanda jasa bintang mahaputra? Apakah sikap Muhammadiyah tersebut untuk bergaining agar mendapatkan nilai tawar sebuah posisi kekuasaan? Apakah sikap Muhammadiyah tersebut, agar persyarikatan ini mendapatkan kucuran dana proyek dan bansos pemerintah? 

Sungguh keliru dan salah besar jika ada anggapan tersebut. Sebab apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah, sesungguhnya untuk menunjukkan bagian dari fungsi dan kerja-kerja kemanusiaannya. Bahkan, Muhammadiyah, tidak segan-segan mengambil alih kerja-kerja oposan parlemen, ketika harapan publik terhadap kelompok oposisi di parlemen itu mati suri. 

Muhammadiyah bekerja bukan atas ada atau tidaknya kekuasaan negara di tangannya. Karena sebelum kekuasaan itu ada, Muhammadiyah sudah bekerja untuk kemanusiaan secara luas. 

Maka kalau Muhammadiyah sekedar diberikan akses program pemerintah, diberikan posisi sebagai menteri, dan berbagai hal lainnya, tidaklah memiliki pengaruh yang signifikan bagi kerja-kerja Muhammadiyah. Artinya, Muhammadiyah tetap akan hadir dan bekerja sebagaimana fungsinya. 

Kita bisa melihat pada masa pemerintahan SBY, selama 2 periode pemerintahannya, tanpa ada keterlibatan tokoh Muhammadiyah di dalam struktur kekuasaan. 

Lantas apakah dengan kondisi ini Muhammadiyah mandeg? Muhammadiyah mati? Muhammadiyah tidak bisa bergerak? Nyatanya tidak sama sekali, justru Muhammadiyah semakin melebarkan sayap gerakan amalnya di berbagai negara di belahan dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement