Ahad 20 Dec 2020 13:08 WIB

Orkestrasi Politik di Balik Pulangnya Habib Rizieq Shihab

Kepulangan HRS sisakan orkestrasi politik tak berkesudahan

Kepulangan HRS sisakan orkestrasi politik tak berkesudahan. Habib Rizieq Shihab (ilustrasi)
Foto:

Oleh : Adi Prayitno, Dosen Ilmu Politik Fisip UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif Parameter Politik 

Sudahi Pertikaian

Tak ada pilihan lain bangsa ini mesti segera menyudahi pertikaian. Lelah rasanya selalu dirundung prahara yang entah kapan berakhir. Dalam pertikaian tak ada yang menang dan tak ada yang kalah.

Semua pihak sama-sama kalah. Karena yang berkonflik antarsesama anak bangsa, bukan dengan imperialis asing. Reputasi negara tercoreng, stigma HRS dan pengikutnya kian negatif, serta taburan opini tak berkesudahan. Apa yang bisa didapat dari kondisi politik semacam ini? Tentu hanya kecemasan dan aroma permusuhan.

Meski bukan rekonsiliasi, setidaknya ada ruang dialog antara pemerintah dengan pihak HRS. Minimal untuk membangun jembatan pengertian antarpihak yang bersitegang.

Memang tak apple to apple membandingkan pemerintah dengan kubu HRS. Dibandingkan pemerintah tentu saja HRS bukan siapa-siapa. Tapi realitas politik tak bisa dibantah bahwa kedua pihak saling bertikai saat ini. Menyedot habis emosi publik. Energi bangsa terkuras hanya untuk urusan membela dan memaki.  

Padahal, ada persoalan yang jauh lebih penting yang mesti segera diselesaikan. Yakni, soal penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi seutuhnya. Dua persoalan krusial yang bisa mengancam kehidupan bangsa ke depan.

Sudah sepuluh bulan Pandemi tapi tak ada tanda-tanda kapan wabah berakhir. Segala daya upaya sudah dilakukan untuk memulihkan ekonomi namun hasilnya tetap nihil. Jumlah yang terpapar virus dan angka pengangguran terus meroket.

photo
Ulama Indonesia dan pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab, tengah, melambai pada wartawan setibanya di Mabes Polri di Jakarta, Indonesia. Sabtu, 12 Desember 2020. - (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Semua pihak harus sadar. Menghadapi wabah corona butuh bergandengan tangan mesra. Bukan pertikaian, bukan permusuhan, bukan pula saling dengki. Rasanya bangsa ini tak pernah mau belajar untuk maju.

Maunya hanya berjalan di tempat mematok garis tegas pembeda. Apa susahnya dialog mencari titik temu untuk kepentingan bersama. Sebab, yang paling banyak dirugikan dari pertikaian ini adalah mereka yang ada di grass root yang kehidupan ekonominya tak kunjung baik. 

Akar rumput jangan diajak sibuk bertikai dan berkelahi. Ajak mereka meningkatkan taraf kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di sinilah pentingnya elite politik dan agama turun tangan menyeru untuk segera meyudahi pertikaian.

Ajari mereka bahwa masalah utama bangsa adalah ekonomi dan kesehatan. Bukan bela membela kelompok kepentingan tertentu yang tak terlampau berguna bagi kehidupan semua anak bangsa. 

Pertikaian politik ini mestinya menjadi momentum bagi semua kalangan untuk bersatu padu merajut kebersamaan mengakhiri segala bentuk konfrontasi politik. Sekali lagi, ajak rakyat berkembang, bukan malah dijadikan ramput kering yang setiap saat gampang disulut emosinya hanya untuk kepentingan berkonflik. Mari akhiri pertikaian ini.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement