Jumat 18 Dec 2020 06:11 WIB

Kebijakan Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19 Diapresiasi

Pemerintah diminta terbuka dan transparan agar menumbuhkan kepercayaan publik.

Vaksin Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Al Arabiya
Vaksin Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Bagus Balghi mengapresiasi keputusan Presiden Joko Widodo menyediakan vaksin Covid-19 secara gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia.

“Apresiasi kepada pemerintah dan Presiden Joko Widodo yang telah menggratiskan vaksin untuk seluruh masyarakat. Hal itu menunjukkan keberpihakan dan ketegasan negara dalam melindungi seluruh rakyat secara adil merata,” kata Bagus dalam rilisnya, Kamis (17/12).

Keputusan ini jelas Bagus juga menjadi langkah yang tepat untuk mendukung tercapainya target Herd Immunity. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan hak seluruh warga negara untuk mendapat perlindungan dari Covid 19 serta dampak sosial ekonomi yang terjadi. Namun juga keharusan untuk memastikan jumlah masyarakat yang harus mendapatkan program vaksinasi agar Indonesia bisa keluar dari situasi pandemi.

“Selanjutnya, pemerintah perlu merumuskan bagaimana distribusi vaksin ini kepada masyarakat, jangkauannya tidak hanya pada tingkat Provinsi dan Kota, namun juga ke berbagai pelosok daerah hingga perbatasan,” kata Bagus.

Selain itu, Bagus juga menyoroti transparansi keberadaan dan distribusi vaksin kepada masyarakat. Tercatat sejumlah vaksin antara lain Sinovac Biotech Ltd, Bio Farma (Persero), Astra Zeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, dan Pfizer Inc and BioNTech.

“Tentunya dalam distribusi vaksin, saya menyarankan agar pemerintah terbuka dan transparan mulai dari pengadaan dan distribusi vaksin, agar tumbuh rasa yakin dan kepercayaan masyarakat,” ujarnya.

Terlebih, merujuk pada data survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dengan dukungan UNICEF dan WHO, bahwa terdapat 27,8 persen masyarakat ragu, sedangkan sebanyak 7,6 persen yang menolak untuk divaksinasi meski tanpa biaya alias gratis.

Hal ini dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat kepada efektivitas, keamanan dan kehalalan sejumlah vaksin yang diimpor oleh pemerintah. “Pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi terkait tahapan dan distribusi vaksinasi yang dilakukan kepada masyarakat hingga ke pelosok Indonesia, efektif dan transparan. Dengan demikian Indonesia semakin solid dalam bersama menghadapi pandemi sekaligus pulih secara ekonomi,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement