Senin 14 Dec 2020 16:40 WIB

Sikap Benny Mamoto Usai Lihat Rekonstruksi Penembakan FPI

Benny Mamoto saksikan rekonstruksi penembakan FPI.

Rep: Arif Satrio Nugroho / Tim Republika/ Red: Muhammad Hafil
Sikap Benny Mamoto Usai Lihat Rekonstruksi Penembakan FPI. Foto: Foto: Benny Mamoto
Foto: Dok. Kemenko Polhukam
Sikap Benny Mamoto Usai Lihat Rekonstruksi Penembakan FPI. Foto: Foto: Benny Mamoto

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menyaksikan proses rekonstruksi penembakan enam laskar FPI. Penyertaan Kompolnas dalam rekonstruksi dianggap sebagai bentuk transparansi.

Benny memantau langsung proses rekonstruksi dari awal sampai tuntas pada Senin dini hari tadi bersama tim gabungan dari Mabes Polri dan Polda Metro Jaya di 4 titik wilayah Karawang, Jawa Barat. Benny meyakini adanya serangan dari laskar FPI setelah mengikuti rekonstruksi.

Baca Juga

"Terima kasih saya bisa ikut dari awal sampai akhir dan saya bisa menyaksikan sendiri bahwa memang benar terjadi penyerangan yang aktif menyerang dari kelompok itu (FPI) dari awal," kata Benny pada wartawan, Senin (14/12).

Benny mendukung langkah Polri yang menggelar rekonstruksi secara terbuka. Sejak Senin dini hari hingga Subuh tadi, rekonstruksi dilakukan dengan pantauan Kompolnas dan mengajak rombongan wartawan dari berbagai media.

"Kiranya (rekonstruksi) menjadi pemahaman kita bersama apa yang sesungguhnya terjadi," ujar Benny.

Benny menyampaikan proses rekonstruksi merupakan langkah yang mesti dilalui dalam penyidikan.

"Rekonstruksi adalah bagian penyelidikan," ucap Benny.

Diketahui, total ada 58 adegan yang diperagakan oleh penyidik. Dalam sejumlah reka adegan, laskar FPI ditampilkan menyerang polisi dengan senjata api hingga terjadi kontak tembak. Selanjutnya reka adegan menggambarkan kejadian yang mengakibatkan tewasnya laskar FPI yaitu ada empat anggota laskar hendak merebut senjata api milik polisi ketika berada di dalam mobil menuju Polda Metro Jaya, tepatnya di TKP 4 (Km 51+200 Tol Jakarta-Cikampek)

Kemudian keempat laskar FPI digiring ke Polda Metro setelah menyerah dalam aksi kejar-kejaran dan kontak tembak dengan polisi di Rest Area Km 50 Tol Jakarta Cikampek. Sementara 2 lainnya tewas lantaran mengalami luka dalam insiden itu.

Sebelumnya, Pihak FPI membantah pernyataan polisi yang menyebut laskar pengawal HRS dilengkapi senpi dan sajam. FPI menegaskan, pernyataan polisi itu sebagai fitnah belaka.

"Patut diberitahukan bahwa fitnah besar kalau laskar kita disebut membawa senjata api dan tembak-menembak. Laskar kami tidak pernah dibekali senjata api," kata Sekertaris Umum FPI Munarman, dalam konferensi pers di markas FPI pada Senin (7/12).

Munarman bahkan menantang kepolisian untuk mengecek senpi yang berhasil disita. Jika ada nomor registernya maka bisa diketahui siapa pemilik senpi itu.

"Kalau betul (punya laskar) cek nomor register ya. Pasti bukan punya kami. Karena kami tidak punya akses senjata api dan tidak mungkin membeli senjata gelap. Bohong itu. Tiap anggota FPI dilarang bawa sajam, senjata api, dan bahan peledak," tegas Munarman.

Di sisi lain, Munarman membela tindakan yang dilakukan keenam anggota laskar sebagai upaya melindungi HRS. Menurutnya, wajar jika para pengawal sigap melindungi HRS ketika muncul ancaman.

Munarman menyebut, ada enam laskar pengawal HRS yang hilang dalam insiden itu. Mereka tidak berada di lokasi kejadian setelah dicek oleh tim FPI. Karena itu, ia meragukan jika sempat terjadi insiden adu tembak.

 

"Kenapa kami mengatakan laskar kami hilang? Kami tidak tahu di mana mereka dibunuh dan dibantai. Kalau tembak-menembak mereka tewas di tempat dong. Saya suruh cek. Mereka tidak ada jenazah di situ. Yang ada aparat setempat di pintu tol Karawang Timur," kata Munarman

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement