Sabtu 12 Dec 2020 17:30 WIB

Masa Tanggap Darurat Bencana Lembata Diperpanjang

Gunung Ili Lewotolok masih terus mengeluarkan material vulkaniknya.

Gunung api Ili Lewotolok mengeluarkan material vulkanik di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata,  NTT, Rabu (2/12/2020). Berdasarkan laporan pos pemantauan Gunung Ili Lewotolok, aktivitas gunung api tersebut masih fluktuatif, yakni erupsi masih terus terjadi dengan intensitas sedang dan tinggi.
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Gunung api Ili Lewotolok mengeluarkan material vulkanik di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT, Rabu (2/12/2020). Berdasarkan laporan pos pemantauan Gunung Ili Lewotolok, aktivitas gunung api tersebut masih fluktuatif, yakni erupsi masih terus terjadi dengan intensitas sedang dan tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Lembata kembali memperpanjang masa tanggap darurat bencana. Langkah itu, setelah pihaknya mendapatkan rekomendasi dari pihak pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi (PVBMG) bahwa Gunung Ili Lewotolok masih terus mengeluarkan material vulkaniknya.

"Iya kamiperpanjang lagi masa tanggap darurat bencananya karena memang saat ini status gunung sesuai yang dikeluarkan oleh PVBMG) masih dalam status siaga," kata Sekda NTT Paskalis Ola Tapobali kepada ANTARA saat dihubungi dari Kupang, Sabtu.

Hal ini disampaikan berkaitan dengan perkembangan status tanggap darurat bencana di kabupaten Lembata setelah sejak tanggal 29 November hingga Sabtu (12/12) hari ini pascaerupsi Gunung Ili Lewotolok.

Dia mengatakan, perpanjangan masa tanggap darurat bencana tersebut akan berlangsung selama dua pekan sambil melihat kondisi gunung Ili Lewotolok yang hingga saat ini masih terus mengeluarkan material vulkaniknya.

"Ya, sesuai dengan aturannya masa tanggap darurat ini dua minggu. Tetapi, kita lihat lagi kondisi di lapangan kalau dalam perjalanan status gunungnya turun dari Siaga ke Waspada maka masa tanggap daruratnya akan dicabut," ucap dia.

Hingga saat ini, ujar dia, jumlah pengungsi yang masih berada di lokasi pengungsian dan di rumah-rumah keluarga di Lembata mencapai 8.097 ribu jiwa. Sementara yang ditampung oleh Pemda di 20 titik lokasi pengungsian hanya mencapai 3 ribuan pengungsian.

Lebih lanjut Paskalis menambahkan, bahwa mereka yang masih berada di lokasi pengungsian itu adalah warga rumah mereka berada di kawasan rawan bencana (KRB) baik itu KRB 2 dan KRB 3. "Mereka ini adalah warga yang rumah mereka berada di kawasan rawan bencana dan radiusnya sekitar 2-4 kilometer dari puncak gunung. Sehingga mereka juga belum bisa dipulangkan," katanya.

Sementara itu laporan dari pos pemantauan gunung Ili Lewotolok sejak pukul 06.00 wita hingga pukul 12.00 wita jumlah letusan yang terjadi di puncak gunung itu mencapai 16 kali letusan dan mengeluarkan asap berwarna putih kelabu setinggi 200-300 meter di sertai dengan gemuruh-dentuman lemah-sedang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement