REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat mengingatkan risiko krisis pangan global yang dampaknya bisa terasa ke Indonesia dan Jawa Barat. BI mengusulkan beberapa strategi untuk mengantisipasi hal tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, menjelaskan, dalam rangka memitigasi risiko krisis pangan global yang berdampak ke Indonesia dan Jawa Barat, perlu langkah strategis untuk menjaga ketahanan pangan. Antara lain dengan mendorong kualitas dan produktivitas produksi pertanian.
Hal itu dapat dilakukan melalui berbagai penggunaan teknologi termasuk mekanisasi bahkan digitalisasi. Juga melibatkan partisipasi generasi milenial untuk sumber daya manusianya.
Selain itu, penting pula menjaga kelancaran distribusi pangan melalui pembangunan infrastruktur pendukung. Pun menjaga stok pangan yang mencukupi kebutuhan konsumsi melalui sarana-prasarana pendukung antara lain melalui Sistem Resi Gudang atau cold storage.
"Serta menjaga inflasi pangan agar terkendali dan stabil melalui pengendalian yang baik," kata Herawanto usai acara pertemuan West Java Food and Agriculture Summit (WJFS) bekerja sama dengan Bank Indonesia di Kota Bandung, Kamis (10/12).
Berdasarkan hasil Kajian Neraca Pangan Jawa Barat yang pernah dilakukan, Jawa Barat mengalami defisit beberapa komoditas pangan strategis, terutama telur ayam ras, daging sapi, bawang putih, minyak goreng, dan gula pasir. Selain belum optimalnya produksi, Jawa Barat juga berfungsi sebagai pemasok pangan ke daerah lain, khususnya DKI Jakarta.
Kondisi ini menyebabkan ketergantungan tinggi Jawa Barat pada pasokan dari daerah lain. Namun, di sisi lain, pasokan pangan tertentu dari Jawa Barat juga tersedotnya ke daerah lain.