Kamis 10 Dec 2020 08:26 WIB

KPK: Korupsi Musuh Terbesar Pelaksanaan HAM di Indonesia

Korupsi juga telah merampas hak dasar rakyat baik dari sisi sosial, ekonomi, budaya

Pegiat sosial Hasan Mulachela melakukan aksi tunggal dengan mambawa poster dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/12/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap KPK yang melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap sejumlah pejabat Kementerian termasuk Menteri yang terlibat kasus korupsi.
Foto: MOHAMMAD AYUDHA/ANTARA
Pegiat sosial Hasan Mulachela melakukan aksi tunggal dengan mambawa poster dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (7/12/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap KPK yang melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap sejumlah pejabat Kementerian termasuk Menteri yang terlibat kasus korupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menilai korupsi adalah musuh utama dan terbesar bagi pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. "Dalam kapasitas sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi di Indonesia, kami menilai korupsi adalah musuh utama dan terbesar bagi pelaksanaan HAM di republik ini karena korupsi memiliki kaitan erat dengan tindakan pelanggaran HAM," kata Firli dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (10/12) memperingati Hari HAM Internasional setiap 10 Desember.

Korupsi, bukan hanya kejahatan yang merugikan keuangan atau perekonomian negara semata tetapi juga merupakan kejahatan kemanusiaan. Banyak negara gagal mewujudkan tujuan dan tugas utama melindungi serta memenuhi hak dasar rakyatnya akibat korupsi.

Selain itu, korupsi juga telah merampas hak dasar rakyat baik dari sisi sosial, ekonomi maupun budaya karena anggaran program-program pembangunan yang dilakukan pemerintah dan bersumber dari pajak yang disetorkan rakyat untuk dapat kembali dinikmati oleh rakyat tidak dapat berjalan dengan baik bahkan tidak sedikit yang terhenti setelah anggarannya dikorupsi.

Oleh karena, ia mengatakan KPK hadir sebagai penyelenggara negara untuk memberantas korupsi yang telah berurat akar dan menjadi laten di negeri ini. "Sungguh tugas yang tidak mudah, penuh tantangan, dan risiko mengingat tidak sedikit yang masih memandang korupsi adalah hal biasa bahkan menganggapnya sebagai kultur masyarakat Indonesia karena terjadi sejak lama di setiap tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara," katanya.

Dalam tugas memberantas korupsi, ia juga mengingatkan telah cukup banyak risiko diterima KPK yang sejatinya adalah pelanggaran HAM mulai dari percobaan suap, intimidasi, serangan fisik terbuka atau ancaman atas keselamatan jiwa dan raga yang ditujukan bukan hanya kepada KPK tetapi juga keluarganya di rumah.

"Jika segala bentuk risiko tersebut menjadi konsekuensi yang harus kami hadapi, Insya Allah segenap insan di KPK siap menerima dan ikhlas menjalaninya karena kami yakin tugas dan kewajiban ini adalah ibadah yang menjadi bekal di akhirat kelak," kata Firli.

Menurutnya, perlu konsistensi dan pendirian teguh dimulai dari diri sendiri sebagai bagian dari masyarakat dunia yang menginginkan perbaikan dalam penegakan HAM dengan tidak berperilaku koruptif dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari pusaran korupsi di negeri ini.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement