Rabu 09 Dec 2020 15:01 WIB

Hobi di Masa Pandemi, Bisnis Baru yang Menjanjikan

Berkebun kini menjadi tren saat pandemi dan bisa menjadi bisnis yang menjanjikan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Bisnis yang naik di masa pandemi: DIY kits, painting by numbers dan hidroponik.
Foto: Republika/Idealisa masyrafina
Bisnis yang naik di masa pandemi: DIY kits, painting by numbers dan hidroponik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup berat bagi semua orang. Pandemi berdampak buruk bagi kesehatan dan ekonomi masyarakat.

Di sisi lain, wabah ini juga menimbulkan berkah bagi sebagian orang. Sektor usaha kreatif kini mulai bermunculan untuk memberikan hobi bagi masyarakat yang aktivitasnya terbatas di rumah.

Baca Juga

Beberapa yang sedang tren saat ini adalah melukis dengan nomor (painting by numbers), menyulam dan berkebun. Menurut ahli psikologi, melakukan aktivitas-aktivitas yang menunjang kreativitas semacam ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan stress. Tidak heran, berbagai usaha di bidang kreatif ini sekarang menjadi semakin tren di kalangan masyarakat.

Splash Studio merupakan toko painting by numbers kit yang dirintis di masa pandemi. Menurut pemiliknya, Lidya Septiyanti (35 tahun), ia dan adiknya merintis usaha ini ketika bisnis puding custom yang sebelumnya dijalankan mereka, mulai turun di masa pandemi.

"Jadi kami mulai berfikir bahwa harus menjalankan bisnis lain yang dapat terus berjalan di tengah-tengah pandemi," ujar Lidya kepada Republika.co.id, pekan lalu.

Tiga bulan lalu, bisnis painting by numbers belum banyak memiliki kompetitor, namun ini dinilai bisa merangkul konsumen yang sangat luas. Menurut Lidya, paint by numbers merupakan alat yang bisa dinikmati oleh individu/perorangan bahkan bisa dijadikan sebagai alat untuk anak-anak sekolah hingga suvenir acara.

Lidya dan adiknya, Silvi Aprilia, perlahan mulai memperkenalkan produk Splashstudio.id ke konsumen. Mereka menilai, produk ini akan berkembang dengan baik karena masyrakat perlu memiliki hiburan yang mudah dilakukan di masa-masa sulit seperti sekarang ini.

Seperti yang sudah diprediksi, dalam waktu tiga minggu, mereka sudah balik modal, dan sekarang omzet bisnis mereka telah mencapai Rp 30 juta sebulan.

Kakak beradik Melda Auditia dan Mira Alissa merintis bisnis kerajinan tangan da-Mira karena melihat prospek bisnis dari hobi menyulam dan merajut di masa pandemi. Melda bercerita, da-Mira awalnya didirikan pada tahun 2000 oleh ibu mereka, sebagai toko kecil yang membuat tas dan kerajinan tangan lainnya.

"Terinspirasi dari mama, pada awal tahun ini da-Mira pun mulai berkembang ke kerajinan tangan lain, seperti menyulam dan merajut dengan konsep DIY kits agar siapapun bisa belajar merajut atau menyulam di rumah sewaktu pandemi," jelas Melda.

Produk utama da-Mira adalah DIY Crochet & Embroidery Kits, dan dibagi berdasarkan jenis proyek. Di setiap kit terdapat semua bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut, seperti benang, jarum, pola, dan dilengkapi juga dengan video tutorial dan instruksi step-by-step.

Untuk jenis proyek yang disediakan kebanyakan adalah barang-barang yang bisa dipakai sehari-hari. Seperti kit menyulam initial A-Z di dompet, kit merajut tas kecil, atau keranjang kecil yang telah menjadi salah satu kit terpopuler da-Mira.

Mira menambahkan, produk-produk mereka banyak dicari orang karena aktivitas masyarakat yang terbatas di rumah membuat mereka dapat meluangkan waktu untuk belajar hal baru seperti kerajinan tangan.

"Di saat pandemi ini juga dimana kita semua lebih punya waktu untuk santai. Jadi banyak juga yang menggunakan merajut dan menyulam sebagai aktivitas untuk bersantai sambil produktif pada saat bersamaan," jelas Mira.

Eksposur di media sosial seperti Instagram, Youtube dan TikTok telah membuat da-Mira semakin dikenal, bahkan hingga ke luar negeri. Mereka awalnya tidak terpikir untuk menjangkau ke kosumen luar negeri, tapi dari interaksi di Instagram dan Tiktok, cukup banyak peminat DIY kits da-Mira yang berasal dari luar negeri.

"Senangnya lagi ketika membaca cerita dan dukungan mereka walaupun mereka berada di negara yang lumayan jauh. Bener bener happy banget jadinya," kata Mira.

Hidroponik jadi tren

Berbeda dengan kedua bisnis tersebut, Sylke Febrina awalnya tidak berniat untuk berbisnis tanaman hidroponik. Ia membuat akun Instagram Kebun Sunshine untuk mendokumentasikan hobi berkebunnya yang rutin dilakukan sejak 2019 lalu.

photo
Bisnis yang naik di masa pandemi: DIY kits, painting by numbers dan hidroponik. - (Republika/Idealisa masyrafina)

Memasuki masa pandemi dan ketika ia harus bekerja dari rumah (working from home), Sylke kemudian mencoba bertanam hidroponik. Hobinya ini sangat dikenal oleh keluarga besarnya juga teman-temannya. Karena permintaan mereka, akhirnya Sylke memutuskan berjualan dan membuka toko berkebun pada Juli lalu.

"Buka toko gara-gara banyak saudara yang kepengen ikutan nanem tapi mereka males cari, maunya cepet langsung ada. Ya udah, benih-benih yang aku punya dulu kujual jualin ke mereka, alat -alatnya juga," jelas Sylke.

Kebun Sunshine menjual benih tanaman sayur, tanaman buah, pupuk, media tanam sampai alat hidroponik sederhana dengan harga yang ekonomis. Menurut Sylke, waktu awal working from home hingga 4 bulan setelahnya, permintaan produk Kebun Sunshine sangat tinggi.

"Omzet waktu awal-awal buka itu banyak banget, sehari bisa Rp 600 ribu - 700 ribu, dan itu bisa bertahan sebulan," ungkap Sylke.

Dalam waktu 4 bulan tersebut, Sylke bisa mengantongi omzet sebesar Rp 21 juta per bulan. Namun sekarang, omzetnya jadi berkurang drastis, hanya Rp 5,2 juta sebulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement