REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengajak para pengelola desa wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk memaksimalkan potensi UMKM di daerahnya dan disinergikan dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menurutnya, sinergi penting agar produk UMKM menjadi bagian dari paket wisata yang ditawarkan, sehingga memiliki nilai tambah dan daya tarik. Pada saat yang sama, BUMdes juga dapat berkembang.
“Produk-produk unggulan UMKM ini akan memperkaya daya tarik yang ditawarkan desa wisata. Karena saat ini, orang tidak hanya berwisata untuk menikmati keindahan alam saja tapi juga wisata kuliner serta berbelanja oleh-oleh,” kata Khofifah di Surabaya, Senin (7/12).
Khofifah menjelaskan, saat ini Jatim memiliki 479 desa wisata yang tersebar di 38 kabupaten/ kota. Rinciannya 23 desa wisata kategori mandiri, 14 desa wisata kategori berkembang, dan 442 desa wisata dalam kategori rintisan atau baru potensi. Pengkategoriam dilakukan berdasarkan Indeks Desa Wisata yang telah disusun Disbudpar Jatim berkolaborasi dengan asosiasi dan akademisi perguruan tinggi dengan memperhitungkan 85 variabel atau sub indeks yang telah disusun.
Dari jumlah 479 desa wisata tersebut, lanjut Khofifah, masing-masing memiliki keunikan. Seperti desa wisata alam yakni gunung, pantai, danau atau ranu, sungai, goa, dan lain-lain. Kemudian desa wisata budaya yang menyajikan tradisi, sejarah, keyakinan, kerajinan, makanan tradisional, upacara adat atau agama, san sebagainya. Serta desa wisata buatan seperti amusement park, taman bunga, spot selfie, sentra, kebun buah, dan lainnya.
Khofifah menambahkan, pengembangan potensi produk unggulan di desa wisata terus dilakukan tidak hanya untuk menggaet wisatawan. Pihaknya juga mendorong pemasarannya tidak hanya di pasar dalam negeri tapi juga ekspor ke mancanegara. Dimana Pemprov Jatim akan memperkuat sinergi dan kolaborasi program-program antar berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov untuk ikut mengembangkan potensi desa wisata dan UMKM di dalamnya.
Sinergi dan kolaborasi program ini misalnya di pengembangan sektor pariwisata, ada Disbudpar Jatim. Kemudian di bidang pemberdayaan masyarakat desa ada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Jatim, di bidang pengembangan produk-produk unggulan desa wisata, seperti kualitas produk dan packaging oleh Dinas Koperasi dan UKM serta Disperindag.
Nantinya, lanjut Khofifah, produk-produk unggulan tersebut diharapkan dapat diekspor ke luar negeri, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek kualitas. Jaminan kualitas bisa dikontrol melalui proses yang benar-benar ketat. Kemudian, kuantitas dan kontinuitas produk juga harus diperhatikan.
Khofifah berpendapat, pandemi Covid-19 mengubah trend wisata yang dahulunya cenderung ke quantity tourism kini menjadi quality tourism. Konsep ini sendiri erat kaitanya dengan Desa Wisata. Hal ini dikarenakan masyarakat cenderung memilih wisata alam yang memungkinkan untuk melakukan physical distancing.
"Maka dari itu, di era pandemi ini, destinasi wisata didorong untuk bisa menerapkan standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Kemenparekraf," kata dia.