REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian Indonesia Brigadir Jenderal Awi Setiyono mengatakan, kepolisian menjaga ketat lokasi tempat kejadian perkara (TKP) pembakaran dan pembunuhan satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah, serta di lokasi pengungsian. Untuk penjagaan, Polda Sulawesi Tengah dan Polres Sigi telah mengerahkan satu peleton Brimob dan 20 anggota gabungan dari Reserse dan Intelkam.
"Di pengungsian dan di TKP sampai saat ini ditempatkan satu peleton Brimob, 20 gabungan Reserse dan Intelkam dari Polda Sulteng dan Polres Sigi," ujar dia, di Jakarta, Senin (30/11).
Menurut dia, saat ini ada 49 keluarga yang mengungsi pascakejadian pembakaran dan pembunuhan satu keluarga di Sigi. Puluhan keluarga tersebut berada di Balai Desa Lembantongoa, Sigi. Satgas Tinombala TNI-Polri saat ini masih mengejar kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora pasca pembunuhan sadis itu. "Semoga tim di sana bisa segera menangkap Ali Kalora cs," katanya.
Operasi oleh Satuan Tugas Tinombaladiinisiasi Satuan Tugas Camar Maleo bertahun-tahun lalu untuk memberantas gerombolan pengacau yang dipimpin Santoso. Pentolan ini akhirnya bisa dieliminasi oleh personel Satuan Tugas Tinombalanamun kehadirannya digantikan oleh tangan kanannya, Ali Kalora.
Sebelumnya pada Jumat (27/11) pagi sekitar pukul 10.00 WITA, satu keluarga yang terdiri atas empat orang di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah diduga dibunuh oleh kelompok MIT yang dipimpin Ali Kalora. Keempat korban yang dibunuh kelompok ini adalah Yasa selaku kepala rumah tangga, Pinu, Nata alias Papa Jana alias Naka dan Pedi.
Tidak hanya membunuh keluarga Yasa, Ali Kalora cs juga mengambil stok beras 40 kg dan rempah-rempah milik keluarga tersebut dan membakar enam rumah. Pascaperistiwa pembunuhan itu, para warga transmigran di wilayah tersebut mengungsi sementara karena merasa khawatir akan keselamatan jiwa mereka.