Senin 30 Nov 2020 01:05 WIB

Lembata Hujan Abu Erupsi Gunung Lewotolok

Warga Lembata secara mandiri melakukan evakuasi ke Lewoleba.

Lembata Hujan Abu Erupsi Gunung Lewotolok. Ilustrasi
Foto: ANTARA/Edy Regar
Lembata Hujan Abu Erupsi Gunung Lewotolok. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, hujan abu dan kerikil mulai mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat erupsi Gunung Ili Lewotolok, Ahad (29/11).

Hujan abu terutama terjadi di sektor barat hingga selatan gunung api itu, sehingga memaksa warga secara mandiri melakukan evakuasi ke Lewoleba untuk menghindari hujan abu.

Baca Juga

Erupsi Gunung Ile Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) terjadi sejak Jumat, (27/11). "Ya, erupsi saat ini ketinggiannya 4.000 meter di atas puncak, lebih tinggi dari sebelumnya. Aktivitas magmatik masih tinggi di Lewotolok. Hujan abu terjadi, utamanya di sektor barat hingga selatan gunung api," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM, Devy Kamil Syahbana, Ahad.

Mengenai ancaman, dia mengatakan untuk saat ini ancaman bahaya utamanya berupa jatuhan material vulkanik, mulai dari ukuran kerikil hingga abu.

Dia mengimbau masyarakat menggunakan masker dan sementara waktu keluar dari radius bahaya.

Saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sedang menyiapkan evaluasi terbaru yang kemungkinan akan dirilis beberapa waktu ke depan.

Gunung Ili Lewotolok atau Ile Ape adalah jenis gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gunung berketinggian 1.423 mdpl ini sejak 7 Oktober 2017 lalu dinaikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan yang berasosiasi dengan pergerakan magma, yaitu gempa Tektonik Lokal (TL), Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB).

Namun, setelah meningkat signifikan, erupsi tidak terjadi karena tekanannya belum cukup.

"Seiring waktu tekanannya terus terakumulasi dan sekarang sudah cukup untuk erupsi," katanya.

Sejarah Letusan

Sejarah letusan Gunung Lewotolok tercatat sejak 1660 kemudian 1819, dan 1849. Selanjutnya pada 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok.

Letusan Gunung Lewotolok, yaitu berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas dan embusan gas beracun. Gunung api ini sempat mengalami masa krisis gempa pada Januari 2012.

Saat itu, PVMBG meningkatkan status gunung dari normal ke waspada hingga siaga, hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.

Namun, pada 25 Januari 2012 pukul 16.00 Wita, PVMBG menurunkan statusnya dari siaga ke waspada dan turun lagi menjadi berstatus normal pada 17 Oktober 2013 pukul 10.00 Wita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement