Sabtu 21 Nov 2020 22:21 WIB

Asa Mengakhiri Pandemi dari Vaksin di Dunia

Berbagai negara telah menyelesaikan uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19.

Asa Mengakhiri Pandemi dari Vaksin di Dunia. Tampak ampul dengan BNT162b2, isi kandidat vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA buatan perusahaan farmasi Jerman Biontech. Vaksin yang dibuat juga bersama dengan Pfizer ini disebut 90 persen efektif.
Foto:

Sederhananya, peneliti mengurai susunan genetik dari virus dan mereplikasinya secara sintetis atau buatan. Dikarenakan molekul yang bisa dibuat secara sintetis inilah maka vaksin bisa dibuat dalam miliaran dosis seperti halnya pabrik garmen membuat kain dari benang sintetis untuk miliaran potong baju.

Vaksin mRNA replikasi RNA virus Covid-19 ketika diinjeksi ke dalam tubuh akan memberikan segala informasi yang dibutuhkan oleh sel antibodi manusia agar bisa menghalau apabila virus yang sebenarnya menginfeksi. Dengan dimasukkannya mRNA Covid-19 maka sistem kekebalan tubuh sudah lebih dulu tahu cara menghentikan virus SARS CoV 2 sebelum virus asli menginvasi.

"Jadi mRNA ini seolah-olah menipu tubuh kita supaya memproduksi antibodi sebelum virus itu datang. Vaksin mRNA itu sintesis, dan ini yang paling menjanjikan karena bisa diproduksi lebih secara masif," kata Juhaeri yang merupakan alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Juhaeri mengatakan beberapa perusahaan farmasi dan bioteknologi yang memproduksi vaksin dengan teknologi paling anyar ini adalah Pfizer dan Moderna dari Amerika Serikat, Sanofi dari Prancis, dan Curevac dari Jerman.

Sedangkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac asal China yang juga sedang dilakukan uji klinis di Universitas Padjadjaran Bandung Jawa Barat merupakan vaksin berbasis virus asli yang dilemahkan untuk memberikan segala informasi kepada sistem kekebalan tubuh agar bisa membentuk antibodi sebelum Covid-19 menginfeksi.

Berbeda dengan vaksin Sinovac maupun vaksin berbasi mRNA, Vaksin Merah Putih buatan anak negeri menggunakan platform protein rekombinan. Deputi Fundamental Research Eijkman Institute Prof Herawati Sudoyo Supolo menjelaskan Vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan platform protein rekombinan dari bagian atau sub unit virus SARS CoV 2.

photo
Infografis Vaksin Penting untuk Lansia - (republika.co.id)

 

Tim melakukan genom sequencing atau penguraian gen dari virus kemudian mengambil gen dari protein "spike" yang ada pada virus untuk diproduksi menjadi lebih banyak lagi dan digunakan sebagai bibit vaksin.

Herawati mengatakan timnya menggunakan platform protein rekombinan untuk pembuatan vaksin dikarenakan sudah terbiasa menggunakannya sehingga proses pengerjaan jadi lebih cepat. Selain itu pengembangan Vaksin Merah Putih dilakukan percepatan yaitu dengan pengerjaan secara paralel dengan target siap produksi pada akhir tahun 2021.

Juhaeri yang juga merupakan pakar epidemiologi dari University Of North Carollina Chapel Hill AS merasa lebih optimis vaksin Covid-19 akan lebih ampuh pada pengembangan generasi kedua. Hal itu karena pengetahuan terkait Covid-19 akan terus bertambah di kalangan peneliti dan akan meningkatkan efikasi vaksin.

Dia mengatakan bahwa virus SARS CoV 2 tidak akan pernah hilang dari muka bumi sama halnya seperti virus influenza yang menyebabkan pandemi Flu Spanyol pada 1980. Hanya saja keganasan penyakit Covid-19 ini akan terus menurun seperti influenza seiring manusia yang beradaptasi melalui daya tahan tubuhnya, produksi vaksin yang ampuh, dan perawatan terhadap pasien semakin canggih yang meningkatkan angka kesembuhan.

 

Dunia kini berlomba-lomba melakukan uji klinis vaksin Covid-19 demi mengakhiri pandemiyang telah dan tidak hanya menyisakan persoalan medis semata tetapi dampak berlapis pada berbagai sendi kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan budaya. Masyarakat dunia, termasuk juga bangsa Indonesia sungguh menantikan saatnya vaksin tersebut bisa segera diimplementasikan agar kehidupan bisa kembali normal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement