Sabtu 21 Nov 2020 22:21 WIB

Asa Mengakhiri Pandemi dari Vaksin di Dunia

Berbagai negara telah menyelesaikan uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19.

Asa Mengakhiri Pandemi dari Vaksin di Dunia. Tampak ampul dengan BNT162b2, isi kandidat vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA buatan perusahaan farmasi Jerman Biontech. Vaksin yang dibuat juga bersama dengan Pfizer ini disebut 90 persen efektif.
Foto: EPA-EFE/BIONTECH SE
Asa Mengakhiri Pandemi dari Vaksin di Dunia. Tampak ampul dengan BNT162b2, isi kandidat vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA buatan perusahaan farmasi Jerman Biontech. Vaksin yang dibuat juga bersama dengan Pfizer ini disebut 90 persen efektif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat dunia mulai mendapatkan harapan baru dikarenakan berita mengenai pengujian vaksin-vaksin Covid-19 dari berbagai negara yang telah menyelesaikan uji klinis tahap tiga.

Kabar menggembirakan pun bertambah dari perusahaan farmasi dan bioteknologi asal Amerika Serikat, yaitu Pfizer dan Moderna yang merilis berita bahwa vaksin buatannya memiliki keampuhan di atas 95 persen dalam menghalau virus SARS CoV 2 penyebab Covid-19.

Baca Juga

Tidak hanya di Amerika, kabar mengenai vaksin yang memiliki keampuhan di atas 90 persen juga datang dari Rusia yaitu Sputnik V yang konon sudah banyak dipesan oleh beberapa negara dunia.

Di China, negara pertama asal wabah Covid-19 yang kini sudah menjalani kehidupan normal karena bebas dari Covid-19 juga tengah menyelesaikan uji klinis tahap akhir pada lebih dari satu produk vaksin.

Di Indonesia sendiri para peneliti dari lembaga dan institusi pendidikan masih berupaya mengembangkan kandidat Vaksin Merah Putih yang ditargetkan bisa menyelesaikan uji klinis sepanjang 2021 dan diproduksi pada akhir tahun depan.

photo
Vaksin covid-19 di depan mata. - (republika)

 

Pada laporan terbarunya yang telah menyelesaikan uji klinis tahap tiga, vaksin buatan Pfizer diklaim memiliki keampuhan menghalau virus Covid-19 hingga 95 persen. Angka ini meningkat dari laporan sebelumnya yang mengatakan tingkat efikasi atau keampuhan vaksin mencapai 90 persen. Sementara beberapa penelitian dan pengembangan vaksin di negara lain baru melaporkan efikasi vaksin mencapai 60 persen.

Namun vaksin buatan Pfizer yang bekerja sama dengan Biontech ini memiliki kelemahan yaitu harus disimpan di suhu minus 70 derajat Celsius yang mana harus disimpan di alat khusus. Ketahanan vaksin tersebut pun mengharuskan proses pendistribusian dengan menjaga suhu sedingin tersebut. Praktis, vaksin ini dinilai akan terkendala jika harus didistribusikan pada negara-negara dengan sistem layanan kesehatannya masih rendah.

Sementara vaksin buatan Moderna yang diklaim ampuh menangkal Covid-19 hingga 94 persen lebih bandel dalam ketahanannya yaitu hanya perlu di simpan di suhu 2 hingga 7 derajat celcius dan mampu bertahan selama 30 hari. Bahkan vaksin buatan Moderna bisa bertahan selama enam bulan apabila disimpan dalam suhu minus 20 derajat Celsius.

Tidak hanya soal keampuhan vaksin Moderna dan Pfizer ini yang memberikan harapan akan kekebalan tinggi terhadap penyakit Covid-19, namun juga potensi distribusi vaksin dalam jumlah massal. Hal itu lantaran pembuatan vaksin Moderna dan Pfizer menggunakan platform messengger RNA (mRNA).

Platform mRNA ini merupakan teknologi terbaru dalam pembuatan vaksin dengan basis sintesis molekul dari virus SARS CoV 2. Wakil Presiden dan Kepala Departemen Epidemiologi Sanofi Juhaeri Muchtar dalam acara diskusi beberapa waktu lalu mengatakan teknologi vaksin seperti inilah yang paling menjanjikan dari yang lain.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement