REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta menilai tuntutan banjir di daerah Ibu Kota dengan kontur tanah cekungan surut tidak lebih dari enam jam, realistis. Kalau di cekungan, airnya harus dipompa, tidak bisa mengandalkan gravitasi. Kalau pakai gravitasi, kita lihat saja dari jauh, lama-lama dia surut sendiri.
"Tetapi kalau daerah cekung mungkin bisa lebih dari enam jam. Itulah fungsinya kita punya pompa portabel dan karenanya bisa dibuang ke lokasi lain," ujar Kepala Dinas SDA DKI Juaini Yusuf.
Juaini mencontohkan, wilayah yang memiliki kontur tanah cekung seperti di daerah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Jika ada genangan di lokasi itu cukup lama maka pihaknya mengendalikan air.
"Misalnya di kawasan kemarin di Rawa Buaya, itu kawasan yang cekung, seperti mangkuk kan, air kalau masuk ke situ tidak bisa keluar," ujar dia.
Salah satu solusi mengurangi volume air di lokasi itu dengan memindahkan air dari kawasan itu ke tempat aman seperti sungai dengan menggunakan pompa portabel. "Tentunya kita harus pompa, itulah fungsi kita tambah pompa-pompa portabel," tuturnya.
Kemudian bila lokasi banjir sampai ke gang-gang sempit, ucap Juaini, Dinas SDA menerjunkan pompa apung. Pompa apung ini mudah dibawa cukup hanya dua orang untuk memindahkannya.
"Itu yang bisa masuk sampai ke dalam-dalam, jalan-jalan setapak. Selangnya bisa panjang sampai 100 meter. Kita lempar saja ke genangan, itu pompa nanti sedot. Itu upaya mempercepat supaya genangan surut," ucapnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya meminta, ketika curah hujan deras turun mengguyur Ibu Kota, banjir dapat surut dalam waktu enam jam.