Selasa 10 Nov 2020 00:40 WIB

Tanggapi Masyumi, Yusril Ingatkan Sulitnya Membentuk Partai

Mendirikan sebuah partai baru merupakan upaya melaksanakan kehidupan demokrasi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra menghormati tokoh-tokoh yang kembali membentuk Partai Masyumi. Namun, dia mengingatkan, bahwa untuk membentuk partai politik baru sangatlah berat.

“Membuat partai baru bagi saya sangatlah berat. Mudah-mudahan tidak demikian bagi KH Cholil Ridwan dan tokoh-tokoh deklarator yang bersama beliau,” ujar Yusril lewat keterangan tertulisnya, Senin (9/11).

Selain itu, nama Masyumi juga sebelumnya pernah kembali pada 1999, setelah dibubarkan pada 1960. Namun, hasilnya juga tak begitu baik, karena dinilai gagal dalam pemilihan umum (Pemilu) 1999.

Di samping itu, situasi politik pada rentang waktu 1945-1960 dengan saat ini sangatlah berbeda. Sehingga, mengembalikan kejayaan Masyumi di masa kini dinilainya sangatlah sulit.

“Mendeklarasikan berdirinya partai memang mudah, tetapi mengelola, membina, dan membesarkan partai tidaklah mudah. Orientasi politik rakyat kita sudah banyak berubah,” ujar Yusril.

Dia juga mencontohkan, untuk mempertahankan PBB yang sudah dibentuk sejak lama saja cukup sulit. Sebab, partai berlogo bulan dan bintang itu sudah menjangkau seluruh daerah di Indonesia.

“Saya justru berpikir bagaimana caranya agar partai-partai Islam yang ada ini dapat bersatu memikirkan bagaimana caranya agar partai Islam ini tetap eksis di negara mayoritas Muslim ini,” ujar Yusril.

PBB, kata Yusril, adalah partai yang didirikan pada 1998 dan mengikuti pemilu pertama pada 1999. Partainya, saat itu, sesungguhnya menimba inspirasi dari Partai Masyumi, tetapi tak gamblang menyebut partainya sebagai “Masyumi Reborn” saat itu.

Namun dia tak menampik, jika partai Islam sulit memperoleh dana yang besar untuk menghidupkan partai. Bahkan, tak jarang partai-partai yang berideologikan Islam hidup dalam kekurangan.

“Sepanjang pengalaman saya, tidak ada para cukong dan pengusaha besar itu yang sudi mendanai partai Islam. Makanya, partai-partai Islam hidupnya ngos-ngosan,” ujar Yusril.

Meski begitu, dia tetap menghormati kembali dideklarasikannya Partai Masyumi. Sebab, mendirikan sebuah partai baru merupakan salah satu upaya melaksanakan kehidupan demokrasi di Indonesia.

“Saya menghormati usaha KH Cholil Ridwan dan para tokoh lain yang mendirikan kembali Masyumi Reborn ini. Tentu beliau akan bekerja keras membangun cabang-cabang dan merekrut anggota,” ujar mantan Menteri Sekretaris Negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement