REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai karikatur Nabi Muhammad SAW dan kebebasan berekspresi menjadi sorotan masyarakat Dunia. Tidak terkecuali Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), pernyataan yang menyinggung umat Islam tersebut dinilai menyesatkan bahkan memicu perpecahan persatuan dan toleransi umat beragama di Dunia.
“Ini merupakan pernyataan yang menyesatkan dan preseden buruk bagi persatuan dan toleransi dunia oleh karena itu kita mengutuk keras pernyataan Macron”, ujar Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Lia Kian, dikutip dari laman resmi BPIP, Senin (2/11).
Menurutnya kebebasan berekspresi semuanya harus diwujudkan berdasarkan nilai-nilai mengandung kesalehan sosial berdasarakan Agama dan Budaya. “Kebebasan berekspresi yang menciderai kehormatan, keagungan dan kesakralan nilai-nilai suci berdasarkan simbol agama segera dihentikan karena merupakan perbuatan terkutuk dan tidak terpuji,” ujarnya.
Dirinya juga menambahkan semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kesucian sehingga perbuatan terorisme, radikalisme dan ekstimisme jangan dikait-kaitkan dengan agama tertentu.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo Menurut Benny juga menegaskan tidak ada satu agama pun di dunia ini yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan. "Tindak kekerasan itu hanya dilakukan oleh orang yang tidak mengenal Tuhan. Setiap orang mencintai Tuhan tidak akan melakukan tindakan seperti itu," ujarnya.
Tokoh Agama Katolik itu menambahkan, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menegaskan bahwa penghormatan sakral dan suci dalam agama harus dihormati. Untuk itu dia menyebut perlu disikapi serius dan ada konsesus bersama mengenai pentingnya penghormatan atas semua Agama di Dunia sehingga tidak ada lagi hal yang serupa.