REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya Buchori Imron mengiritik pembangunan yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, pembangunan dan pengembangan kawasan yang dilakukan pemerintah kota tidak disertai dengan konsep, terutama di kawasan utara Surabaya.
"Banyak sekali proyek Pemkot itu tanpa perencanaan dan DED (Detail Engineering Design) yang matang," kata Buchori Imron dalam keterangan, Rabu (21/10).
Buchori menilai Wali Kota Tri Rismaharini tidak memiliki perencanaan matang setiap pembangunan wilayah. Ketua DPC PPP Kota Surabaya ini mencontohkan, jembatan bambu yang dibangun di Kawasan Wisata Mangrove, Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
Dia mengatakan, jembatan yang dibangun dengan APBD Kota Surabaya Rp 1,2 miliar itu saat ini tidak terawat dan beberapa bagian sisinya kondisinya ambruk. Dia menilai kalau proyek jembatan dilakukan tanpa konsep dan DED yang jelas sehingga langsung dikerjakan begitu saja.
"Proyek jembatan mangrove itu kecil, tapi kalau sampai roboh banyak wisatawan datang kesana kan memalukan, masak Pemkot nggak punya tenaga di paling bawah, tempat wisata kok amburadul," katanya.
Menurut Buchori Pemkot Surabaya perlu mencontoh Probolinggo dalam penataan kawasan mengrove. Dia mengatakan, pembangunan jembatan di Probolinggo yang membentang di mangrove terbuat dari besi dengan memiliki desain yang bagus.
Hal serupa juga terjadi di Terminal Kedung Cowek yang kondisinya sudah sekian tahun mangkrak. Padahal, ungkapnya, pembangunan terminal telah menyedot APBD Kota Surabaya hingga puluhan miliar namun lagi-lagi tidak memberikan dampak ekonomi pada masyarakat.
"Sentra Ikan Bulak juga menjadi deretan proyek gagal pemkot surabaya, sedikit sekali manfaatnya, modal yang dikeluarkan tidak sesuai dengan manfaat yang dirasakan warga," katanya.