REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Pratiwi Sudamono mengatakan, masyarakat harus sabar dengan uji klinis fase III vaksin Covid-19. Fase III ini diperlukan untuk menguji efektivitas suatu vaksin sehingga bisa ditetapkan berapa masyarakat yang perlu divaksin.
"Vaksin semuanya belum ada yang menyelesaikan fase III. Maka ini harus ditunggu, harus sabar. Sampai hasilnya keluar, sampai hasilnya selesai untuk melihat berapa persen efisiensinya. Apakah bisa melindungi 100 persen atau tidak," kata Pratiwi, dalam sebuah diskusi bertajuk 'Yakin dengan Vaksin?', Sabtu (17/10).
Pratiwi menjelaskan, jika sudah diketahui efisiensinya, maka pemerintah bisa menetapkan berapa orang yang perlu divaksin. Jika efisiensi sebuah vaksin bisa di atas 80 persen maka masyarakat bisa tenang.
Pratiwi menjelaskan, jika efisiensi vaksin 80 persen maka jumlah masyarakat yang divaksin tidak perlu sampai 180 juta orang. Namun, jika vaksin hanya memiliki efisiensi 50 persen maka jumlah orang yang divaksin tentunya harus lebih banyak.
"Kalau makin banyak orang tervaksinasi, maka dia akan bisa melindungi kelompok yang belum tervaksinasi. Maka, kita harus merata untuk melakukan vaksinasi. Tapi kalau efektivitasnya turun misalnya 60 persen, maka 180 juta itu harus tercapai semua," kata dia lagi.
Pratiwi juga mengatakan, proses penyuntikan vaksin kepada masyarakat tidak bisa langsung dilakukan pada November 2020. Sebab, saat ini seluruh dunia masih menunggu selesainya uji klinis fase III vaksin. Di antara 193 vaksin yang dikembangkan, hanya belasan yang sudah memasuki fase III saat ini.
Namun, meskipun vaksin belum selesai persiapan untuk produksi sudah harus dilakukan. "Itu sebabnya kita melihat persiapan itu, dan mungkin memberikan sedikit harapan yang palsu, yang terlalu cepat. Seolah-olah segera kalau vaksin itu November kita segera bisa disuntik. Saya kira itu tidak bisa begitu," jelasnya.