REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati
Setelah sempat turun sebesar 7,4 persen pada pekan lalu (28 September-4 Oktober), Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kemarin menyampaikan, kasus positif Covid-19 pada pekan ini (5-11 Oktober) meningkat 5,9 persen. Hingga Selasa (13/10) jumlah terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia mencapai 340.622 orang dengan penambahan sebanyak 3.906 kasus.
"Pada tingkat nasional setelah di minggu lalu terjadi penurunan kasus positif, ternyata di minggu tersebut terjadi kenaikan kasus positif 5,9 persen,"kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Gedung BNPB Jakarta, Selasa.
"Ini adalah hal yang harus kita hindari. Penambahan kasus positif harusnya menurun setiap minggunya," kata Wiku, menambahkan.
Wiku mengapresiasi Provinsi Maluku, Riau, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Aceh yang pada pekan pertama Oktober 2020 masuk lima besar, namun pada 5-11 Oktober berhasil keluar dari lima besar provinsi dengan kasus terbanyak dengan berupaya menekan angka kasus Covid-19.
"Perlu perhatian khusus pada lima besar provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi. Di pekan sebelumnya Jawa Tengah dan Jawa Barat keluar dari lima besar, tapi pekan ini kembali masuk ke lima besar," ungkap Wiku.
Lima besar provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi adalah Jawa Tengah naik 499 kasus, Jawa Barat naik 383 kasus, Papua Barat naik 314 kasus, Sulawesi Selatan naik 277 kasus, dan Sulawesi Tengah naik 204 kasus. Wiku meminta lima besar provinsi ini melakukan evaluasi terkait penerapan protokol kesehatan.
Wiku melanjutkan, meski kasus positif Covid-19 meningkat, tingkat kematian pada 5-11 Oktober terus menurun. Hingga kemarin, total 12.027 orang meninggal dunia akibat Covid-19.
"Bila pekan sebelumnya menurun 7,7 persen makan pekan lalu menurun 9,9 persen dari pekan sebelumnya. Kami apresiasi provinsi yang berhasil menekan kematian pada pekan ini dan berkontribusi pada penurunan angka kematian secara nasional," ungkap Wiku.
Per 11 Oktober kemarin, rata-rata kasus aktif Covid-19 di Indonesia saat ini sebesar 19,97%, kesembuhan 76,48%, dan kematian 3,55%. Kasus aktif dan kesembuhan masih lebih baik dari rata-rata dunia. Tetapi, kematian masih di atas rata-rata kematian dunia yang 2,88%. pic.twitter.com/1YMI3FMerh
— Joko Widodo (@jokowi) October 12, 2020
Provinsi yang berhasil menekan angka kematiannya pada 5-11 Oktober 2020 adalah adalah Kalimantan Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan Papua. Sedangkan provinsi dengan kenaikan kematian tertinggi adalah DKI Jakarta naik 65 kasus, Jawa Tengah naik tujuh kasus, Kepulauan Riau naik empat kasus, Kalimantan Tengah naik tiga kasus, Sulawesi Tengah naik dua kasus.
Wiku meminta pemerintah daerah agar transparan dalam melaporkan data kasus Covid-19 di wilayahnya. Hal ini, kata dia, terkait adanya fluktuasi perubahan zona risiko dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami meminta agar daerah transparan dan apa adanya dalam melaporkan data terkait perkembangan penanganan covid 19 di wilayahnya masing-masing," ujar Wiku.
Dalam paparannya, Wiku menyebut, lebih dari 50 kabupaten kota yang sebelumnya berada pada zona hijau kini beralih menjadi zona kuning, oranye, dan bahkan zona merah pada pekan ini. Sebanyak 336 kabupaten kota pun tercatat masuk dalam zona oranye atau risiko sedang.
“Ini artinya 65 persen dari seluruh kabupaten kota di Indonesia berada pada risiko sedang,” kata Wiku.
Naiknya jumlah daerah yang masuk dalam kawasan zona risiko sedang hingga tinggi menandakan bahwa pemerintah daerah lengah dalam penanganan kasus Covid-19 di wilayahnya. Ia mengatakan, meskipun daerah dengan zona merah atau risiko tinggi cenderung menurun jumlahnya setiap pekan, ia meminta pemerintah daerah setempat tak merasa aman.
Lebih lanjut, Wiku juga menyebut terdapat 94 kabupaten kota yang kini masuk dalam zona oranye tanpa perubahan selama enam pekan berturut-turut. Daerah-daerah itupun kini menjadi perhatian utama pemerintah agar kasus Covid-19 dapat semakin ditekan.
“Jangan terlena dan jangan lengah. Target penanganan Covid adalah seluruh wilayah berubah menjadi zona hijau. Artinya tidak ada kasus baru di wilayah tersebut selama empat minggu berturut-turut dan angka kesembuhannya mencapai 100 persen,” ujar Wiku.
Efek demonstrasi UU Ciptaker
Pemerintah memprediksi tren penambahan kasus positif Covid-19 akan melonjak dalam dua sampai tiga pekan mendatang. Proyeksi ini berdasarkan fakta adanya ratusan demonstran yang menunjukkan hasil reaktif setelah menjalani rapid test Covid-19.
Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, ada 123 demonstran yang hasil rapid test-nya reaktif, dari total 2.490 orang yang diperiksa.
"Ini cerminan puncak gunung es dari hasil pemeriksaan yang merupakan contoh kecil saja bahwa virus ini dapat menyebar dengan cepat dan luas. Angka ini diprediksi akan meningkat dalam 2-3 minggu ke depan. Karena peluang penularan Covid dari demonstran yang positif ke demonstran lainnya," ujar Wiku.
Pemeriksaan dengan metode rapid test memang dilakukan terhadap seluruh peserta unjuk rasa, baik dari kelompok mahasiswa dan buruh, yang diamankan pihak kepolisian. Hasilnya, 21 orang dari 253 demonstran dinyatakan reaktif Covid-19 di Sumatra Utara, 34 orang dari 1.192 demonstran dinyatakan reaktif di DKI Jakarta, dan 24 dari 650 demonstran reaktif di Jawa Timur.
Kemudian, 30 orang dari 261 demonstran yang diamankan dinyatakan reaktif Covid-19 di Sulsel, 13 orang dari 39 demonstran reaktif di Jawa Barat, 1 dari 95 demonstran yang diamankan kepolisian dinyatakan reaktif di DI Yogyakarta.
"Sebagai antisipasi aksi lanjutan, kami imbau agar pihak universitas yang ikuti kegiatan tersebut untuk melakukan identifikasi serta testing," ujar Wiku.
Seperti diketahui, gelombang aksi unjuk rasa menolak pengesahan UU Cipta Kerja berlangsung sejak Senin (5/10) lalu. Puncaknya, demonstrasi berujung rusuh di berbagai daerah di Indonesia pada Kamis (8/10).
"Kami dari Satgas sangat khawatir ketika terjadi kerumunan, karena penularan Covid-19 bukan diakibatkan oleh hewan seperti flu burung dan flu babi tetapi oleh manusia. Sementara kerumunan manusia (termasuk demo)," kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo saat berbicara di konferensi virtual BNPB, mengenai protokol kesehatan, Senin (12/10).
Sebab, berdasarkan data yang pihaknya himpun dua bulan lalu terungkap bahwa 7 persen dari total pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Selatan, ternyata tidak pernah beraktivitas di luar rumah. Artinya, dia melanjutkan, 7 persen penderita ini sudah sangat disiplin dan tidak keluar rumah, tidak berhubungan dengan pihak lain tetapi akhirnya terpapar Covid-19.
"Itu dari siapa? Sudah pasti dari anggota keluarga yang sering beraktivitas di luar rumah," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menyebutkan, menimbulkan kerumunan berpotensi terjadinya penularan virus ini. Pihaknya mengajak seluruh komponen bangsa untuk betul-betul menjaga jangan membuat kerumunan karena dampaknya sangat fatal. Mungkin, ia menyebut orang yang terpapar usai melakukan demo kemarin yang berusia muda dan tidak mengalami apa-apa.
"Tetapi ingat, setiap orang pasti punya keluarga, orang tua, orang-orang yang kita sayangi," ujarnya.