Rabu 14 Oct 2020 02:02 WIB

BMKG: 27,5 Persen Wilayah RI Alami Hujan di Atas Normal

Curah hujan di luar kewajaran ini banyak terjadi di Pulau Sematera

Hujan deras/ilustrasi
Foto: Flickr
Hujan deras/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut sebanyak 27,5 persen wilayah Indonesia akan mengalami keadaan curah hujan di atas normal. Kondisi ini akan berlangsung pada akhir tahun ini atau periode musim hujan.

“Di atas normal itu artinya di luar kewajaran. Daerah yang 27,5 persen itu beberapa wilayah di Sumatera, misalnya di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, sebagian Bengkulu, Riau, sebagian Sumatera Utara, dan sebagian Aceh,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Selasa (13/10).

Baca Juga

Dwikorita menyebut curah hujan di luar kewajaran ini memang banyak terjadi di Pulau Sematera, karena kondisi topografi lokal. Kondisi curah hujan tinggi di kawasan barat Indonesia ini perlu diwaspadai.

“Curah hujan (di Sumatera) termasuk kategori curah hujan bulanan tinggi, yakni di bagian barat Sumatera, mulai dari ujung Aceh sampai ujung selatan Lampung,” ujar dia.

Curah hujan tinggi di Sumatera, kata Dwikorita, bukan disebabkan fenomena La Nina. La Nina merupakan fenomena alam yang terjadi karena meningkatnya suhu permukaan Samudera Pasifik timur dan tengah, kemudian menyebabkan peningkatan suhu kelembapan pada atmosfer di atas perairan. Hal itu mengakibatkan pembentukan awan dan meningkatkan curah hujan di kawasan tersebut.

BMKG memperkirakan dampak La Nina tidak akan sampai ke Sumatera, namun ke berbagai wilayah Indonesia lainnya. “Oktober-November 2020, seluruh wilayah Indonesia terdampak La Nina, kecuali Sumatera dan Papua bagian timur. Sehingga anomali atau di luar kewajaran di Sumatera ini karena kondisi topografi lokal,” ujar dia.

Justeru, menurut dia, wilayah-wilayah di luar Sumatera dan Papua bagian timur harus mewaspadai dampak kenaikan curah hujan karena La Nina. Hampir semua wilayah di Indonesia harus mewaspadai dampak curah hujan tinggi karena La Nina di Oktober, dan diperkirakan puncak La Nina akan terjadi di Desember 2020.

“Yang perlu diprioritaskan, tergantung bulannya karena sangat dinamis dari waktu ke waktu. Untuk Oktober-November, terutama Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi, terutama bagian selatan dan tengah, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Maluku dan Papua bagian barat, termasuk Maluku Utara,” papar Dwikorita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement