Sabtu 03 Oct 2020 19:07 WIB

Optimisme Perajin Batik Bogor di Tengah Pandemi Covid-19

Penjualan Batik Handayani Geulis selama empat bulan terdampak pandemi Covid-19.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Karyawan mengerjakan batik di Galeri Batik Handayani Geulis, Bogor Utara, Kota Bogor.
Foto: Dok. Shabrina Zakaria
Karyawan mengerjakan batik di Galeri Batik Handayani Geulis, Bogor Utara, Kota Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hari Batik Nasional tahun ini terasa berbeda bagi Sri Ratna Handayani Budhie, salah satu pengrajin batik khas Bogor, Batik Handayani Geulis. Tidak ada fashion show, acara mencanting batik di mall, serta tak ada kunjungan sekolah ke galerinya di Jalan Bogor Baru, Tegal Gundil, Bogor Utara. Padahal, rangkaian kegiatan tersebut telah dilaksanakannya selama tiga hingga empat tahun terakhir.

Sama seperti sektor usaha yang lain, Batik Handayani Geulis juga terkena dampak ekonomi terutama pada bagian penjualan. Sri Ratna mengungkapkan, dampak ini terasa selama empat bulan awal pandemi Covid-19.

“Maret, April, Mei, Juni, hampir nggak ada penjualan. Hanya satu digit persentase. Juli dan Agustus naik lagi, September turun lagi,” terang Sri Ratna sambil mengusap air matanya. Sedih mengingat kondisi usaha yang telah dibangunnya sejak 2012 ini.

Meski demikian, Sri Ratna masih optimistis menjalankan usaha batiknya. Optimisme tersebut muncul karena dirinya sangat menyenangi batik. “Batik saya kerjakan karena hobi. Saya senang batik dan mempelajari batik,” tutur Sri Ratna di galeri batiknya.

Bahkan, Sri Ratna tidak pernah membayangkan bisa memiliki galeri batik dan pabrik pembuatan batik sendiri. Saat ini, Batik Handayani Geulis memiliki 15 pekerja. Salah satu hal yang bisa disyukuri Sri Ratna di tengah pandemi ini, adalah dirinya masih mampu menggaji para pekerjanya. Meski diakuinya tidak seperti kondisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Batik Handayani Geulis memiliki 65 motif yang terdiri dari batik cap, batik tulis, serta batik cap kombinasi tulis. Sejumlah 13 motif di antaranya telah memiliki sertifikat hak paten. Setiap motif yang dimiliki Batik Handayani Geulis memiliki keterangan motifnya masing-masing. Sebagian besar motifnya mengangkat ikon daerah, yakni Kota Bogor. Motif khas yang dimiliki Batik Handayani Geulis adalah Patepung Lawung dan Angkot.

Sri Ratna mengatakan, setiap motif yang dibuatnya terselip doa dan memiliki nilai kultur masing-masing. Oleh karena itu, dia selalu membuat motif dengan kisah yang baik di belakangnya. Hal tersebut juga berpengaruh pada pengajuan sertifikasi.

“Sertifikasi itu berguna sebagai identitas. Selain itu, juga berpengaruh ke nilai penjualan,” terangnya.

Dalam waktu dekat, Sri Ratna akan mengeluarkan motif baru dari Batik Handayani Geulis yang dinamakan Askara. Motif tersebut akan menjadi koleksi terbaru pada 2020, yang pada awal tahun terkendala launchingnya karena pandemi Covid-19.

Selama sebulan, Batik Handayani Geulis dapat memproduksi 300 hingga 400 lembar batik. Saat Republika mengunjungi Galeri Batik Handayani Geulis, terdapat tiga orang pekerja yang tengah mengaplikasikan malam dengan canting ke selembar kain mori. Para pekerja tersebut bekerja di bagian belakang galeri dengan mengenakan seragam batik dan jilbab.

Warga Bogor maupun wisatawan dari luar Kota Bogor bisa mendapatkan koleksi batik dari Batik Handayani Geulis hanya di Galeri Batik Handayani Geulis, di Dekranasda, atau di beberapa hotel di Kota Bogor. Tidak hanya kain batik yang ditawarkan, tapi juga souvenir dengan motif kain batik seperti tas dan masker.

Tidak hanya menekuni batik pada dirinya sendiri, Sri Ratna juga berharap anak-anak muda juga turut mencintai batik sebagai identitas warga Indonesia. Oleh karena itu, Sri Ratna selalu senang jika mendapat kunjungan dari anak-anak sekolah, atau diminta datang ke sekolah-sekolah untuk mengedukasi para siswa mengenai batik. Tak hanya diberi teori, Sri Ratna juga mengajarkan mereka untuk membatik menggunakan malam dan canting.

“Anak-anak itu harus ditanamkan rasa bangga dan rasa memiliki. Misalnya tentang batik. Kalau hal tersebut dipegang dengan kuat, otomatis akan jadi jati diri si anak,” tuturnya.

Secara terpisah, istri Wali Kota Bogor Bima Arya, Yane Ardian Rachman menyampaikan, saat ini di Kota Bogor sudah bertumbuh dan bermunculan para pengrajin batik. Menurutnya, motif serta filosofi batik yang telah dibuat sangat luar biasa dan membuat Yane bangga untuk membina mereka.

“Di bogor ini sekarang sudah kurang lebih ada sekitar 12 pembatik dan sudah ada juga Kampung Batik di Cibuluh, Bogor Utara,” ujar Yane.

Terkait dengan Hari Batik pada 2 Oktober, Yane menyampaikan, Hari Batik merupakan ajang dan kesempatan untuk terus bangga kepada karya-karya anak bangsa yang luar biasa. Tak hanya itu, batik juga merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan.

“Jadi mudah-mudahan masyarakat Kota Bogor juga sudah mulai menggunakan batik Bogor untuk kesehariannya. Serta menjadikan Kampung Batik Bogor di Cibuluh itu menjadi destinasi wisata di Kota Bogor,” kata Yane.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement