Jumat 02 Oct 2020 17:27 WIB

Pada September, Sumbar Alami Deflasi 0,05 Persen

Kota Padang dan Bukittinggi menjadi kota dengan deflasi tertinggi di kawasan Sumatra.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Friska Yolandha
Foto udara Pasa Ateh (Pasar Atas) yang rampung pembangunannya, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu (5/1). Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat Wahyu Purnama mengatakan Sumbar mengalami deflasi pada bulan September tahun 2020.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Foto udara Pasa Ateh (Pasar Atas) yang rampung pembangunannya, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu (5/1). Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat Wahyu Purnama mengatakan Sumbar mengalami deflasi pada bulan September tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat Wahyu Purnama mengatakan Sumbar mengalami deflasi pada bulan September tahun 2020. Hal ini diperoleh dari data statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dimana perkembangan indeks umum gabungan dua kota di wilayah Sumatera Barat yaitu Kota Padang dan Kota Bukittinggi.

Sumbar pada September 2020 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,05 persen month to month (mtm), atau menurun dibandingkan bulan Agustus 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,06 persen (mtm). Laju inflasi Sumatera Barat pada September 2020 tersebut tercatat sama dengan realisasi nasional dan kawasan Sumatera yang juga mengalami deflasi sebesar 0,05 persen (mtm).

Baca Juga

Secara spasial kata Wahyu pada September 2020 Kota Padang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,05 persen (mtm) atau menurun dibandingkan realisasi Agustus 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm). Sementara itu, secara bulanan Kota Bukittinggi mengalami deflasi sebesar 0,01 persen (mtm).

Realisasi inflasi Kota Padang dan Kota Bukittinggi menjadikan keduanya sebagai kota dengan nilai deflasi tertinggi masing-masing ke-8 dan ke-11 dari 11 kota/kabupaten di kawasan Sumatera yang mengalami deflasi. "Selanjutnya secara nasional, Kota Padang dan Bukittinggi secara berturut-turut berada pada peringkat ke-41 dan ke-54 deflasi tertinggi dari 56 kota/kabupaten IHK di Indonesia yang mengalami deflasi," kata Wahyu, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (2/10).

Wahyu menambahkan secara tahunan pergerakan harga pada September 2020 di Sumatera Barat masih menunjukkan inflasi sebesar 0,16 persen year on year (yoy). Yakni meningkat dibandingkan bulan Agustus 2020 yang mengalami deflasi sebesar 0,28 persen (yoy). Nilai inflasi tahunan Sumatera Barat ini tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 1,42 persen (yoy) dibandingkan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 0,66 persen (yoy).

Selama 2020 sejak Januari sampai September, Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31 persen (ytd) atau meningkat dibandingkan Agustus 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,36 persen (ytd). Inflasi tahun berjalan ini berada di bawah realisasi inflasi nasional sebesar 0,89 persen (ytd) dan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 0,48 persen (ytd).

Deflasi yang terjadi di Sumbar pada September 2020 ini berasal dari kelompok transportasi dengan andil sebesar 0,17 persen mtm. "Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara yang tercatat memberikan andil deflasi sebesar 0,17 persen (mtm) didorong oleh penurunan harga dari maskapai penerbangan akibat masih rendahnya permintaan dan penyesuaian tarif angkutan udara oleh pemerintah," ucap Wahyu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement