Kamis 01 Oct 2020 15:59 WIB

Waspada Dampak La Nina Berujung Bencana Hidrometeorologi

Upaya dini pencegahan dan mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi dampak bencana

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Dampak La Lina dapat memicu curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Dampak La Lina dapat memicu curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena La Lina dapat berdampak pada anomali cuaca yang berujung pada bencana hidrometeorologi. Namun dampak tersebut sangat bergantung pada musim dan bulan, wilayah serta intensitasnya.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supari menginformasikan bahwa berdasarkan analisis dari potret data suhu permukaan laut di Pasifik, saat ini La Lina sudah teraktivasi di Pasifik Timur. Kondisi ini dapat memicu frekuensi dan curah hujan wilayah Indonesia pada bulan-bulan ke depan hingga April tahun depan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Dampak La Lina dapat memicu curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Sehingga, potensi banjir, banjir bandang dan tanah longsor ke depan perlu diwaspadai," ujarnya saat di konferensi virtual tim intelejen penanggulangan bencana yang dilakukan secara virtual

seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (1/10).

Menyikapi fenomena yang berlangsung terkait cuaca dan iklim ini, ia menyampaikan perlunya kewaspadaan terhadap kondisi hujan di atas normal pada Oktober dasarian I dan II. Satuan dasarian yang digunakan menunjuk pada kurun waktu sepuluh harian.  

“Beberapa provinsi diperkirakan akan memasuki musim hujan pada Oktober 2020,” kata Supari.

Terkait dengan La Lina, ia mengatakan bahwa dampaknya tidak seragam di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, prakiraan awal musim hujan akan berlangung pada Oktober dengan wilayah teridentifikasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Prakiraan tersebut untuk wilayah Sumatera, seperti di pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka dan Lampung. Wilayah Jawa diprakirakan terjadi di Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian kecil Jawa Timur. Sedangkan di wilayah Kalimantan, potensi hujan di sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Melalui analisis maupun informasi peringatan dini cuaca dari BMKG, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengharapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk selalu waspada dan siap siaga menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi.

"Upaya dini pencegahan dan mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi atau pun menghindari dampak bencana. BNPB juga mengimbau masyarakat untuk melakukan upaya kesiapsiagaan, khususnya di lingkup keluarga," katanya.

Ia menambahkan, setiap keluarga dapat memonitor dan menganalisis secara sederhan potensi bahaya yang ada di sekitar. Melalui aplikasi berbasis teknologi informasi, InaRISK personal, ia menyebutkan masyarakat dapat melihat ancaman bahaya di sekitar. Kemudian, ia meminta masyarakat mendiskusikan di antara anggota keluarga langkah-langkah mengantisipasi ancaman yang mungkin terjadi, seperti mematikan aliran listrik, menyimpan dokumen penting di tempat aman atau menyiapkan tas siaga bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement