Rabu 23 Sep 2020 15:33 WIB

Jabar akan Tanamkan Budaya Tangguh Bencana Sejak Dini

Saat ini terdapat 1.500 hingga 2.000 bencana yang terjadi di Jabar setiap tahun

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Warga mengamati proses evakuasi akibat banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9). Banjir bandang tersebut terjadi pada Senin (21/9) pukul 17.00 WIB akibat luapan sungai Citarik-Cipeuncit yang merendam tiga kecamatan yakni Cicurug, Parungkuda, Cidahu dan menyebabkan 234 rumah rusak, 210 kepala keluarga mengungsi serta tiga orang meninggal dunia. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengamati proses evakuasi akibat banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9). Banjir bandang tersebut terjadi pada Senin (21/9) pukul 17.00 WIB akibat luapan sungai Citarik-Cipeuncit yang merendam tiga kecamatan yakni Cicurug, Parungkuda, Cidahu dan menyebabkan 234 rumah rusak, 210 kepala keluarga mengungsi serta tiga orang meninggal dunia. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan, saat ini terdapat 1.500 hingga 2.000 bencana yang terjadi di Jabar setiap tahun. Dengan risiko kebencanaan itu, warga Jabar diminta menyesuaikan diri dan memiliki budaya tangguh bencana.

Pemerintah Provinsi Jabar pun menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province). Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.

“Saya minta masyarakat Jabar mulai menyesuaikan diri dengan budaya tangguh dalam menghadapi bencana, karena letak geografis Jabar yang kelihatannya indah, tapi juga berbahaya dan tentunya dapat menimbulkan bencana,“ ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat menjadi pembicara utama dalam web seminar "West Java Resilience Culture Province" di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (23/9).

Emil mengatakan dalam menyusun Budaya Tangguh Bencana Jabar, pihaknya merujuk kepada Jepang, di mana budaya tangguh untuk menghadapi bencana sudah ditanam dalam pola pikir dan budaya masyarakatnya sejak sekolah dasar.

“Maka dari itu, kami mencoba belajar ke arah yang sama, yang kami butuhkan adalah mengubah semua kondisi yang ada dalam penanganan bencana menjadi sebuah budaya tangguh dalam menghadapi bencana,” kata Emil.

Oleh karena itu, kata Emil, dalam kepemimpinan sebagai Gubernur Pemprov Jabar, mencoba mengubah pola pikir baru ini menjadi apa yang disebut budaya tangguh.

Menurut Emil, terdapat enam faktor atau pilar penting untuk menciptakan budaya tangguh bencana di Jabar. Pertama, mendidik warga dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa bersikap preventif soal kebencanaan.

"Jadi warga harus paham tentang budaya tangguh bencana ini untuk kebutuhan dirinya sendiri ketika terjadi bencana," kata Emil.

Kedua, kata dia, memberikan pengetahuan tentang budaya tangguh bencana kepada seluruh pemangku pendidikan mulai dari sekolah dasar sehingga tangguh bencana menjadi bagian dari ilmu pengetahuan sehari-hari masyarakat Jabar.

"Ketiga, kami mencoba merancang infrastruktur yang tahan bencana, dimulai (contohnya) dari kawasan yang berpotensi tsunami, nantinya akan didesain berbeda dengan infrastruktur yang rawan banjir di perkotaan," papar Emil.

Keempat, kata Emil, menciptakan karakater tangguh bencana melalui kinerja lembaga pemerintahan dalam mengambil kebijakan, termasuk contohnya terkait pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi.

“Kami belajar bahwa regulasi dan kebijakan harus menyesuaikan dengan jenis bencana, mulai dari bencana alam, bencana kesehatan, hingga bencana buatan manusia,” kata Emil.

Kelima, kata dia, membuat lingkungan tempat tinggal yang memiliki konsep berkelanjutan dengan memperhatikan faktor penting 3P yaitu planet, people, dan profit. "Jadi ada keseimbangan ekonomi, lingkungan, dan keadilan sosial. Itulah yang kami sebut ekologi ketahanan,” katanya.

Terakhir, kata dia, pilar keenam bertujuan menghidupi kebutuhan pascabencana melalui pembiayaan yang sudah disiapkan. "Kami sebut pembiayaan tangguh. Artinya anggaran yang kita miliki untuk pembangunan tidak hanya dilakukan selama bencana, tetapi juga dalam keadaan darurat ataupun pascabencana, dengan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk pendidikan,” paparnya.

Selain itu, kata dia, untuk menyokong enam pilar Budaya Tangguh Bencana Jabar, Pemda Provinsi Jabar akan memiliki Command Center untuk ketahanan, di mana terdapat sistem peringatan dini, membaca potensi perubahan iklim menjadi potensi bencana, hingga indeks ketangguhan masing-masing daerah di Jabar.

“Jadi harapannya, dalam beberapa tahun ke depan, 27 kabupaten/kota se-Jabar paham mana area dari enam poin itu yang kuat atau lemah sehingga punya indeks tentang penanganan bencana yang tepat,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement