Sabtu 19 Sep 2020 16:37 WIB

Kiat Menulis Opini Hingga Tembus ke Media Massa

Penentuan tema menjadi tahap krusial dalam menulis opini di media.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Indira Rezkisari
Dalam rangka hari jadi Republika.co.id ke-25, Sabtu (19/9), digelar webinar dengan tema Belajar Jurnalistik Bareng Republika. Jurnalis Republika Subroto berbagi tentang teknik menulis opini di media massa.
Foto: dok Republika
Dalam rangka hari jadi Republika.co.id ke-25, Sabtu (19/9), digelar webinar dengan tema Belajar Jurnalistik Bareng Republika. Jurnalis Republika Subroto berbagi tentang teknik menulis opini di media massa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menulis opini kerap menimbulkan kesulitan tersendiri bagi para penulis yang tak terbiasa. Namun, kesulitan itu tentu dapat dilewati bila mengetahui kiat-kiat dalam menulis opini.

Jurnalis Senior Republika Subroto membagikan kiat-kiat menulis opini dalam webinar bertajuk 'Menulis di Media' yang digelar pada Sabtu (19/9) dalam rangka hari ulang tahun Republika.co.id ke-25 tahun. Ia menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah opini hingga membuatnya terbit di media cetak maupun daring.

Baca Juga

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam menulis opini adalah topik atau permasalahan yang akan diangkat. Dalam menentukan topik, maka penulis harus memahami segmen media tempat penulis akan mengirim opini.

"Kalau segmen anak muda, ya temannya jangan bahasan orang tua, kalau mengangkat masalah lokal di suatu daerah tentu lebih baik dikirim ke media lokal," kata Subroto.

Penentuan tema menjadi tahap yang krusial. Tema yang sedang menjadi perhatian massa kerap menarik perhatian media massa, sehingga kemungkinan tema tersebut diangkat terbit semakin besar.

Penulis juga harus memilih tema yang sudah dikuasai. Jangan sampai penulis memilih tema yang tidak dikuasai. Subroto menyarankan agar para penulis mengangkat angle atau sudut pandang yang belum pernah diangkat, meskipun temanya sudah lazim.

"Contohnya soal Kartini, setiap tahun ada tulisan tentang Kartini, tapi kita harus angkat angle soal Kartini yang tidak pernah diangkat sebelumnya," ujar dia.

Setelah menentukan tema, maka penulis opini dapat menentukan opini atau pandangan penulis. "Tentu saja pandangan ini harus tetap berdasar pada topik yang ditentukan," papar Subroto.

Subroto memberikan tip agar para penulis membuat outline atau semacam kerangka penulisan untuk mempermudah penulisan opini. Adapun struktur penulisan opini umumnya terdiri dari judul, lead, alinea dan batang tubuh, lalu penutup berupa kesimpulan.

Menurut Subroto, kerap muncul pertanyaan kapan harus menulis judul, sebelum menulis atau sesudah tulisan selesai. "Sebenarnya bebas saja kalau soal judul," kata Subroto. Yang terpenting, kata dia, penulisan judul sebaiknya tidak klise atau datar. Judul sebaiknya juga memperhatikan frasa yang tengah populer di masyarakat.

Kemudian, penulis harus menentukan lead sebagai pembuka tulisan opini berdasarkan tema yang dipilih. Penulisan lead ini penting karena bagian ini mengandung inti utama opini penulis dari suatu masalah yang diangkat. Karena itu, lead diletakkan di muka tulisan dengan kalimat yang kuat menggambarkan keseluruhan isi tulisan opini.

Setelah menulis lead, maka penulis dapat menulis menjabarkan opininya dalam paragraf-paragraf sebagai batang tubuh dari tulisan itu. Argumen yang dituliskan dalam batang tubuh juga harus mengandung referensi yang kuat.

Penulis juga bisa mengutip dari sumber referensi tertentu sebagai pendukung. Namun, kutipan tersebut jangan sampai terlalu berlebihan sehingga melebihi poin opini yang hendak disampaikan dalam tulisan.

Setelah opini penulis dikemukakan berdasarkan argumen pendukung, maka tulisan harus ditutup dengan kesimpulan. Kesimpulan ini salah satunya berfungsi sebagai penegasan dari keseluruhan opini yang ditulis. "Sering terjadi opini ngambang, maka inilah kesimpulan harus ditulis," kata Subroto.

Selain proses penulisan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tulisan dapat di media. Subroto yang juga Redaktur Pelaksana Harian Republika ini mengatakan, penulis harus memahami hal-hal teknis dari suatu media massa. Hal itu misalnya jumlah karakter yang dapat dimuat oleh suatu media massa.

"Naskah opini di koran tentu akan terbatas karena space-nya terbatas, maka harus diperhatikan jumlah karakternya," kata dia.

Di samping itu, karakter dan penggunaan bahasa juga harus diperhatikan. Subroto mengingatkan agar para penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sebab, media massa dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat. "Media massa itu dibaca dari lulusan SD sampai profesor sekalipun," ujarnya.

Setelah tulisan dibuat, maka tulisan dapat dikirimkan ke redaksi media yang dituju. Subroto menambahkan, penulis tidak disarankan mengirim satu tulisan opini ke berbagai media. Adapun ketentuan terbit maupun tidak terbitnya suatu tulisan opini ditentukan oleh dapur redaksi masing-masing media yang dituju.

Bagi para penulis yang ingin mengirimkan naskah opini ke Koran Republika, maka penulis dapat mengirimkan naskahnya melalui surel ke [email protected]. Sedangkan penulis yang ingin menulis opini di Republika.co.id, dapat mengirim naskahnya melalui surel ke [email protected].

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement