REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengakui bahwa saat ini masih ada banyak kendala terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemebdikbud) dan Dinas Pendidikan untuk aktif memantau permasalahan di setiap daerah.
Di sejumlah daerah, PJJ memberikan dampak negatif bagi peserta didik, guru, dan orang tua. Terbaru, ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya saat PJJ di Kota Tangerang. "Disdik di seluruh Indonesia harus benar-benar memantau pelaksanaan PJJ, karena banyaknya kendala yang bisa memberikan tekanan psikis terhadap siswa, orang tua siswa, maupun para guru," ujar Huda lewat pesan singkat, Rabu (16/9).
Selain itu, PJJ memiliki masalah lain, seperti sinyal, kuota internet, dan belum solidnya sistem belajar jarak jauh. Hal inilah yang dinilainya menyebabkan masalah lain. Hal ini semakin diperparah dengan efek pandemi Covid-19, yang berdampak kepada ekonomi masyarakat. Sehingga kemudian menjadi beban pikiran bagi orang tua.
"Bisa jadi berbagai tekanan tersebut menciptakan ledakan emosional jika dipicu hal-hal yang terkesan sepele seperti anak yang tidak cepat mengerti saat melakukan pembelajaran jarak jauh,” ujar Huda.
Untuk itu, pihak sekolah juga diminta untuk menurunkan beban materi sekolah pada siswa. Hal ini penting sehingga guru dan orang tua siswa tidak melulu mengejar pemenuhan beban kompetensi selama pandemi."Harusnya pola ini tidak lagi terjadi karena sudah ada modul-modul PJJ yang disediakan oleh Kemendikbud,” ujar politikus PKB itu.
Sebelumnya, seorang ibu di di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, tega membunuh anaknya lantaran korban susah diajarkan saat belajar daring.