Selasa 15 Sep 2020 05:51 WIB

Ridwan Kamil Fokus Tambah Kapasitas Fasilitas Kesehatan

Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar sekitar 44 persen.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat. Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar sekitar 44 persen.
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat. Tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar sekitar 44 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Ridwan Kamil mengatakan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar sekitar 44 persen.

Namun, menurut Ridwan Kamil, ketersediaan ruang ruang perawatan dan isolasi pasien positif Covid-19 rumah sakit rujukan di wilayah Bodebek (Kota Bogor, Bekasi, Depok, serta Kabupaten Bogor, dan Bekasi) menurun seiring bertambahnya kasus terkonfirmasi positif.

Baca Juga

Ridwan Kamil mengatakan, Gugus Tugas Jabar sedang mematangkan opsi rujukan pasien antarkabupaten/kota sehingga pasien Covid-19 dapat ditangani dengan cepat. "Di Bodebek yang paling mengkhawatirkan (keterisian rumah sakit) adalah Kota Depok. Tapi di Kabupaten Bogor, kondisi masih sangat terkendali karena masih di bawah 40 persen (tingkat keterisian rumah sakit)," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Senin (14/9).

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menggagas sebuah kebersamaan. Misalnya Depok kewalahan, Kabupaten Bogor bisa menerima pasien KTP Depok. "Atas nama kemanusiaan, kami terus berkoordinasi untuk fasilitas kesehatan ini," katanya.

Emil pun berencana meninjau kondisi rumah sakit rujukan di sejumlah daerah pada Selasa, 15 September 2020. Peninjuan akan dimulai di Kota Bandung, kemudian dilanjutkan ke Bogor dan Depok. "Dari sana, kami akan membuat upaya penguatan dan pemetaan," katanya.

Selain itu, kata Emil, pihaknya terus meningkatkan rasio pengetesan metode uji usap (swab test) Polymerase Chain Reaction (PCR). Merujuk standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jabar harus mengetes dengan metode PCR sebanyak 500 ribu atau satu persen dari jumlah penduduk.

Berdasarkan data Pikobar (Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar) pada Senin (14/9) pukul 16.00 WIB, Gugus Tugas Jabar sudah mengetes dengan metode PCR sebanyak 317.082 spesimen. "Hanya Kota Cimahi yang sudah memenuhi standar WHO. Tapi, tingkat penularan di Kota Cimahi masih tinggi. Saya titip (kepada) Pemerintah Kota Cimahi untuk lebih waspada," kata Emil.

Emil mengatakan, tingkat kesembuhan pasien positif Covid-19 menjadi tantangan Gugus Tugas Jabar. Hingga kini, tingkat kesembuhan Jabar sekitar 53 persen, sedangkan idealnya tingkat kesembuhan mencapai 70 persen.

"Kami berupaya mencari terapi atau metodologi agar jumlah pasien yang positif ini bisa dilakukan penyembuhan secepatnya. Di saat bersamaan, angka kematian akibat Covid-19 di Jabar sangat rendah, yakni 2,4 persen," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement