REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku terus melakukan pendekatan yang ilmiah bersama para pakar untuk mengukur keberhasilan dan intervensi yang dilakukan dalam menekan penyebaran Covid-19. Menurutnya, penanganan Covid-19 ini sangat menarik karena setiap negara dan daerah harus terus belajar untuk menemukan format yang sesuai dan efektif sesuai kondisi daerahnya masing-masing.
Khofifah mengatakan, setiap daerah mempunyai situasi sosial, kultural, kepadatan penduduk, risiko penularan, dan kapasitas kesehatan yang berbeda-beda sehingga format yang dilakukan dalam menekan penyebaran Covid-19 di setiap daerah berbeda-beda.
Menurutnya, di Jawa Timur upaya menekan penyebaran Covid-19 dengan format pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) lebih efektif. Khofifah mencontohkan, PSBM atau juga disebut mikro lockdown atau karantina lokal telah dilakukan di Magetan, termasuk di area Pondok Pesantren Temboro.
"Alhamdulillah di Jatim intervensi pembatasan sosial berskala mikro terbukti lebih efektif untuk menekan penyebaran virus Covid-19," ujar Khofifah melalui siaran persnya, Ahad (13/9).
Khofifah mengaku, PSBM dilakukan secara ketat dengan mengunci pintu masuk dan keluar desa, testing massif, dan karantina total selama 14 hari. Efektivitas PSBM terbukti karena sampai hari ini sudah tidak ada penyebaran kasus Covid-19 baru dari area yang menerapkan PSBM tersebut.
Saat ini, lanjut Khofifah, PSBM di Jawa Timur juga telah dilakukan di beberapa zona yang terdapat klaster Covid-19 baru. Seperti di Lapas Porong dan PP Darussalam Blok Agung Banyuwangi. Pemprov Jatim bersama Pemda, TNI dan Polri melakukan PSBM atau karantina lokal di kawasan tersebut.
"Membatasi aktivitas mereka untuk keluar ke wilayah pemukiman dan menjamin kecukupan logistik mereka dengan mensuplai makanan tiap hari," ujarnya.
Menurutnya, PSBM juga dinilai lebih tepat untuk diterapkan di Jawa Timur mengingat wilayah tersebut telah memiliki kampung tangguh. Kampung tangguh dianggapnya sebagai satuan kecil dari masyarakat yang jika dianggap perlu maka siap untuk ditarik rem darurat sewaktu-waktu apabila ditemui peningkatan kasus Covid-19.
"Jawa Timur saat ini juga telah memiliki 2.605 Kampung Tangguh. Ini merupakan salah satu social capital yang memungkinkan format PSBM dilakukan secara gotong royong dengan skala terkecil yang lebih efektif dan tertarget," kata Khofifah.
Khofifah mengingatkan agar setiap daerah memperhatikan zonasi dari wilayahnya masing-masing dan mengembangkan risiko zonasi dengan skala kecamatan dan kampung. Sehingga intervensi dan pembatasan akan berjalan lebih optimal dan tertarget.
Dalam skala makro, Khofifah mengajurkan untuk mengetatkan penerapan protokol kesehatan melalui Perda dan Perbup atau Perwali. "Ini juga penting guna menekan penyebaran Covid-19 di skala komunitas yang lebih besar," kata Khofifah.