Rabu 02 Sep 2020 19:40 WIB

BPBD Purbalingan Minta Desa-Desa Siapkan Penampungan Air

Ketersediaan tempat penampungan air akan percepat distribusi air bersih.

Warga mengisi air dari penampungan di Desa Murtajih, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (12/7/2019).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Warga mengisi air dari penampungan di Desa Murtajih, Pamekasan, Jawa Timur, Jumat (12/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, meminta desa-desa yang rawan terdampak kekeringan menyiapkan tempat penampungan air guna mempercepat proses pendistribusian air bersih.

"Jadi saat mobil tangki air datang, petugas bisa langsung mendistribusikan air ke tempat penampungan milik desa sehingga warga yang membutuhkan bisa datang membawa ember masing-masing untuk mengambil air bersih di tempat penampungan tersebut dengan tetap menjaga jarak," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga Muhsoni di Purbalingga, Rabu (2/9).

Baca Juga

Hal itu, kata dia, akan mempermudah petugas dalam proses distribusi air bersih dan warga juga tidak perlu mengantre terlalu lama. Dia menjelaskan bahwa pada saat ini proses distribusi air bersih masih terkendala dengan belum adanya tempat atau alat penampungan yang disediakan oleh desa.

"Meskipun proses distribusi air bersih masih tetap bisa berjalan dengan baik hingga saat ini dan juga telah menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, namun kami tetap mengimbau desa-desa terkait untuk segera membuat alat penampungan," katanya.

Menurutnya, ketersediaan tempat penampungan air tidak hanya akan mempercepat proses distribusi air bersih namun juga sekaligus dapat mendukung upaya penerapan protokol kesehatan.

"Penampungan air tersebut bisa saja berupa toren maupun bisa menggunakan terpal untuk menampung air, sehingga akan dapat memudahkan petugas dan juga masyarakat untuk proses pengambilan air," katanya.

Sebelumnya, akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr. Indra Permanajati mengingatkan perlunya menyiapkan mitigasi bencana kekeringan menjelang puncak musim kemarau guna mencegah terjadinya krisis air bersih terutama di wilayah-wilayah yang rawan.

"Menjelang puncak musim kemarau maka perlu menyiapkan langkah-langkah penanganan yang bersifat menyeluruh terkait kemungkinan terjadinya bencana kekeringan dan juga krisis air bersih," katanya.

Anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia tersebut juga menjelaskan bahwa bencana kekeringan akan berpotensi terjadi di musim kemarau terutama di daerah-daerah yang sulit mendapatkan cadangan air.

"Baik itu air permukaan ataupun juga air tanah, sehingga daerah-daerah ini sangat perlu untuk mendapatkan perhatian dan prioritas terkait bencana kekeringan yang bisa terjadi khususnya pada puncak musim kemarau seperti saat sekarang ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement