REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Lintar Satria, Rizky Jaramaya, Umi Nur Fadhilah
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah konferensi pers di penghujung pekan lalu. Abe mengundurkan diri karena harus berjuang melawan penyakit kolitis ulserativa.
Menurut Abe, kondisi kesehatannya dikhawatirkan dapat berdampak pada pengambilan keputusan kebijakan yang penting, jika tetap memaksakan diri menjabat sebagai perdana menteri. Dalam konferensi pers, ia juga menyampaikan permintaan maaf sekaligus berterima kasih kepada seluruh masyarakat Jepang yang telah mendukungnya.
"Saya mohon maaf dari lubuk hati saya yang paling dalam bahwa terlepas dari semua dukungan dari orang Jepang, saya meninggalkan jabatan ini dengan sisa satu tahun penuh dalam masa jabatan saya dan di tengah berbagai kebijakan, termasuk dalam menghadapi pandemi virus corona jenis baru,” jelas Abe.
Siapa calon pengganti Abe kemudian menjadi pertanyaan besar. Sejumlah kandidat memang telah terlontar sebagai pengganti Abe. Salah satunya adalah Yoshihide Suga.
Stasiun televisi Jepang NHK melaporkan Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mendapat dukungan fraksi terbesar partai berkuasa Liberal Democratic Party (LDP). Dengan dukungan ini Suga akan menjadi calon kuat Perdana Menteri Jepang berikutnya.
Tangan kanan Perdana Menteri Shinzo Abe itu diharapkan menjaga ekonomi tetap berjalan selama pandemi Covid-19 dan mengikuti kerangka ekonomi 'Abenomics'. Strategi yang bertujuan membangkitkan perekonomian Negeri Sakura.
Suga belum resmi mengumumkan pencalonannya sebagai ketua LDP. Tapi sejumlah sumber mengatakan ia berniat untuk maju. Media Jepang melaporkan Suga akan mengumumkan pencalonannya pada Rabu (2/9) besok.
Ketua partai LDP hampir dipastikan menjadi perdana menteri sebab partai itu menguasai majelis rendah legislatif. Sekretaris Jenderal LDP Toshihiro Nikai mengatakan para pemimpin partai sepakat untuk menggelar pemungutan suara yang sederhana. Anggota parlemen dari majelis rendah dan tinggi dan kepala daerah yang akan memberikan hak suara mereka.
Proposal untuk tidak mengambil suara dari pejabat partai menguntungkan Suga. Tapi keputusan final yang akan ditentukan dalam Rapat Besar Selasa ini dapat ditunda bila banyak anggota partai yang menentangnya.
"Demi menghindari kevakuman politik kami harus memilih ketua baru sesegera mungkin, menurut saya tidak ada yang keberatan dalam pertemuan ini," kata Nikai, Selasa (1/9).
Namun para legislator muda LDP menemui Nikai pada Senin kemarin. Mereka mewakili permintaan lebih dari 140 anggota parlemen dan sekitar 400 anggota legislatif daerah yang meminta pemilihan skala penuh.
Sejumlah cabang daerah seperti Osaka juga mengajukan permintaan yang sama. "Untuk memilih ketua baru, kami harus menggelar pemilihan presidensial partai dalam bentuk yang mendengarkan berbagai suara," kata salah satu anggota parlemen.
Salah satu kandidat ketua partai lainnya, Shigeru Ishiba juga menyerukan pandangan yang sama. Pada Selasa ini ia kembali mengungkapkan keberatannya mengenai pemungutan suara terbatas. "Menurut saya baik untuk demokrasi dan partai, hal ini seharusnya tidak terjadi," kata mantan menteri pertahanan itu di stasiun televisi Asahi.
Berdasarkan jajak pendapat Ishiba menjadi kandidat favorit masyarakat Jepang. Tapi tampaknya struktur pemimpin LDP tidak mendukungnya. Diprediksi pemungutan suara ketua baru LDP akan menggelar pada 14 September, dilansir dari Reuters.
Shigeru Ishiba adalah sosok pilihan yang paling populer di kalangan publik untuk menjadi perdana menteri selanjutnya. Berdasarkan jajak pendapat Kyodo News, Ishiba memperoleh dukungan publik sekitar 34 persen, sementara Yoshihide Suga meraih dukungan 14 persen.
Sementara itu, jajak pendapat Nikkei menunjukkan Ishiba mendapatkan dukungan 28 persen diikuti oleh Menteri Pertahanan saat ini, Taro Kono dengan 15 persen. Sedangkan Suga berada di tempat keempat dengan dukungan 11 persen. Survei tersebut menyoroti perpecahan antara opini publik dan politik internal LDP.
Suga, seorang pendukung utama mantan Perdana Menteri Shinzo Abe diharapkan mendapatkan dukungan dari faksi yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal LDP, Toshihiro Nikai dan faksi besar lainnya. Media lokal melaporkan, kedekatan Suga dengan Abe dapat menempatkan dirinya pada posisi yang menguntungkan.
Sementara itu, Ishiba akan menjalani perjuangan berat untuk melaju menjadi perdana menteri Jepang. Ishiba adalah seorang kritikus yang vokal terhadap pemerintahan Abe, dan dianggap kurang populer di dalam LDP. Kandidat potensial lainnya yaitu Kepala Kebijakan LDP, Fumio Kishida yang menempati posisi terakhir dalam survei opini publik.
Wakil Direktur Pusat Strategi Pembuatan Aturan di Universitas Tama, Brad Glosserman, mengatakan Suga adalah kandidat yang aman dalam hal dinamika internal LDP. Namun tidak ideal. Sesuai konstitusi, pemilihan umum untuk memilih perdana menteri baru akan digelar pada akhir Oktober 2021.
“Dia (Suga) tampaknya tidak memiliki karisma atau visi untuk mendorong Jepang ke arah yang baru. Dia tampaknya menjadi orang Nomor Dua yang abadi, dia memenuhi janji yang dibuat oleh bosnya," kata Glosserman.
Abe mengundurkan diri akibat koltis ulseratif (ulcerative colitis). Penyakit tersebut adalah gastrointestinal atau penyakit radang usus kronis yang diderita jutaan orang dan dapat kambuh secara tak terduga.
Penyakit itu mengiritasi dan melukai lapisan paling dalam dari usus besar dan rektrum serta menyebabkan bisul dan luka di saluran pencernaan. Gejalanya bisa berupa diare tak terkontrol, pendarahan rektal, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, sakit perut, dan sering harus ke toilet.
Penyakit itu bisa terjadi sejak usia muda dan memburuk dari waktu ke waktu, seperti yang terjadi pada Abe yang kini berusia 65 tahun. Para dokter mengatakan, mereka melihat penyakit itu berkembang pada orang-orang berusia 50-an ke atas yang tidak mengalami gejala pada usia muda.
Penyakit radang usus ini dan juga penyakit Crohn dapat mengganggu seluruh saluran pencernaan. Menurut perkiraan dalam sebuah artikel yang diterbitkan Clinical Gastroenterology and Hepatology pada Mei lalu, penyakit kolitis ulseratif dan Crohn diderita lebih dari dua juta orang di Amerika Utara, lebih dari tiga juta di Eropa, dan jutaan lainnya di seluruh dunia.
Seorang ahli gastroenterologi di Massachusetts General Hospital, dr Ashwin N Ananthakrishnan menjelaskan, kolitis ulseratif pertama kali terlihat saat Perang Sipil, kemudian secara dramatis meningkat sejak 1940-an di Amerika Serikat. Di Asia, termasuk di Jepang, penyakit ini terpantau sejak 1970-an.
Ananthakrishnan yang merupakan penulis utama artikel itu mengatakan, pertumbuhan kasus sebagian besar karena perubahan kebiasaan makan di Asia, terutama menjauh dari makanan kaya serat. Penyebab dan pemicu dari Crohn dan kolitis ulseratif tetap menjadi area penelitian yang intens. Banyak pengobatan dikembangkan untuk meredakan gejalanya, tapi kedua penyakit itu dapat kambuh tanpa peringatan.
“Ini terkait dengan banyak gangguan. Orang bisa mengalami kekambuhan yang dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa pekan," kata Ananthakrishnan dilansir laman NY Times.
Asisten profesor di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins University School dan spesialis kolitis dan gangguan usus lainnya, dr Reezwana Chowdhury mengatakan, kolitis ulseratif dapat berkembang pada usia berapa saja. Bahkan, anak-anak yang didiagnosis dengan kolitis dapat mengalami kekambuhan kronis. "Ini penyakit seumur hidup," ujar Chowdhury.