Sabtu 29 Aug 2020 08:23 WIB

Kampus Merdeka dan Tantangan Zaman untuk Mahasiswa

Mahasiswa harus menentukan roadmap untuk menentukan masa depannya.

Ilustrasi Mahasiswa.
Foto:

Siap Berubah

Yang menjadi tantangan kemudian adalah, mampukah perguruan tinggi, para dosen dan tendik sekaligus mahasiswanya berubah? Program Merdeka Belajar tidak akan bisa diterapkan jika kampus dan isinya tidak berubah.

Perubahan yang diperlukan mulai dari pola pikir, cara bertindak dan cara mengambil keputusan. Pertanyaan mendasarnya adalah, sudah siapkah?

Mahasiswa misalnya, apakah ia sanggup berubah, tak sekadar hanya ke kampus, duduk mendengarkan penjelasan dosen, mengisi daftar kehadiran lalu pulang. Mahasiswa harus mulai memupuk rasa ingin tahu yang lebih besar, memiliki keterikatan lebih kuat dengan program studi yang diambilnya serta menentukan peta jalan (roadmap) masa depannya. Hal ini penting sebab tantangan zaman semakin hari semakin berat. Jika kita tidak berubah, kita akan tertinggal bahkan mungkin terlindas.

Perubahan pola pikir dan tindakan mahasiswa ini akan berdampak pada perubahan pola komunikasi, pola bimbingan dan pengajaran yang dilakukan oleh dosen. Peran dosen justru semakin besar, bukan dalam hal mengajar di kelas, tetapi memberikan bimbingan dan konsultasi bagi para mahasiswanya.

Mahasiswa dituntut untuk lebih aktif mencari dan bertanya, salah satunya kepada para dosennya. Sudah siapkah para dosen berubah atau tepatnya bertambah peran?

Selama ini para dosen disibukkan untuk memenuhi tugas tri dharma perguruan tinggi dengan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat selain mengajar. Dengan program Merdeka Belajar ini, kesibukan mengajar para dosen mungkin menurun tetapi aktivitas konseling dan menjalin komunikasi dengan pihak ketiga (mitra) akan meningkat. Hal ini akan memerlukan waktu khusus sekaligus keahlian yang berbeda dibandingkan sebelumnya. Sekali lagi, siapkah para dosen?

Di sisi lain, perubahan-perubahan ini harus digerakkan oleh pimpinan kampus dengan membuat kebijakan atau aturan yang mendukung. Rektor dan jajaran universitas tidak bisa tinggal diam atau menyerahkan keputusan di level fakultas atau prodi.

Bagaimanapun, diperlukan payung hukum yang bisa menjadi pendorong kegiatan ini secara menyeluruh. Jika komitmen ini sudah ada, langkah berikutnya adalah sosialisasi yang intens. Pemahaman mengenai bentuk-bentuk kegiatan belajar dan implementasinya perlu ditanamkan secara integral, bukan sepotong-potong, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Kendala implementasi

Ada keluhan yang muncul atas penerapan program Merdeka Belajar ini, seperti kesulitan bagi prodi/fakultas untuk menentukan angka kredit, membangun relasi yang baik dengan mitra atau konsorsium kurikulum serta membayangkan kerepotan saat menerima mahasiswa dari luar prodi atau kampus. Secara makro, kebijakan ini sangat baik dan berorientasi masa depan. Namun secara mikro, banyak hal teknis yang mungkin njlimet sehingga sulit diterapkan.

Solusinya memang tidak bisa instan karena ini bukanlah gerakan yang bisa dilakukan segera. Solusi yang mungkin dilakukan adalah kampus melakukan perubahan secara bertahap. Kesediaan untuk berubah, menjadi poin penting.

Langkah selanjutnya, kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan itu sendiri. Tindakan selanjutnya adalah keberanian untuk menerapkan aturan baru ini, meskipun mungkin tidak sempurna. Namun, jika tidak dicoba, kapan akan bisa diterapkan?

Pada tahap awal, kemungkinan ada kendala atau bahkan kekeliruan tetapi hal tersebut bisa diperbaiki secara perlahan. Penyempurnaan memerlukan waktu sekaligus kesediaan untuk mengalami kesalahan. Apakah ini berarti tahun awal akan merupakan tahun percobaan? Apakah ini adil bagi mahasiswa yang mengalaminya? Jawabannya, pada tahap awal, karena masih percobaan maka toleransinya pun masih tinggi.

Dengan demikian, proses ini diharapkan tidak merugikan pihak manapun karena semuanya masih dalam proses ke arah yang lebih baik. Jika langkah-langkah ini konsisten dilakukan, insya Allah hasilnya akan berbeda.

Sebagai sebuah proses, kita memang tidak akan melihat hasilnya segera. Namun setidaknya, kita tahu bahwa kita sedang melangkah sebagai bagian dari ikhtiar yang lebih baik bagi pendidikan generasi mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement