REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia (DPPPI) Sarwono Kusumaatmadja mengatakan dampak perubahan iklim akan terasa lebih cepat. Ia pun mengatakan para pemuda akan menghadapi kondisi iklim yang lebih menantang.
Sarwono mengatakan karakter bencana yang disebabkan perubahan iklim yang dulu terjadi secara perlahan (slow onset) kini memperlihatkan gejala dampak dengan kecepatan yang lebih tinggi. "Para pemuda-pemudi kita atau orang-orang yang dalam usia produktif akan menghadapi suatu kondisi iklim yang demikian menantang," kata Sarwono dalam Indonesia Youth Climate Summit (IYCS) 2020 virtual yang dipantau dari Jakarta pada Jumat (28/8).
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI 1993-1998 itu mengatakan hal tersebut menyebabkan Indonesia, yang memasuki masa bonus demografi, harus bisa melakukan hal-hal penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Menurut dia ada tiga hal dasar yang dibutuhkan, yaitu pangan, energi dan air.
Penasihat Senior Menteri LHK bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Konvensi Internasional Nur Masripatin, menyebut kecepatan perubahan iklim dan dampaknya dirasakan semakin meningkat. Dalam Persetujuan Paris, negara-negara sepakat untuk menahan lajur peningkatan suhu global hingga di bawah dua derajat Celcius. Namun, menurut Nur Masripatin, saat ini saja sudah terjadi kenaikan di atas satu derajat. Dunia sudah melihat dampak dari wabah seperti pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.
Karena itu, mengantisipasi dan mengekang dampak perubahan iklim adalah hal penting karena ancaman yang ditimbulkannya, terutama bagi generasi muda yang akan merasakannya. "Krisis iklim dibayangkan akan jauh lebih dahsyat dari pada krisis Covid-19 ini. Jadi ini PR bersama, mari tongkat estafet kita berikan kepada yang muda dan generasi seterusnya," katanya.