Selasa 18 Aug 2020 23:36 WIB

Hanya 1,04 Persen Siswa Jatim Ikuti Uji Coba PTM

Ada syarat wajib yang harus dipenuhi sekolah dalam pembelajaran tatap muka.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fuji Pratiwi
Guru mengajar siswa berkebutuhan khusus di hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka atau luring (luar jaringan) di SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tipe B) Negeri Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (18/8). Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Wahid Wahyudi  menuturkan, dari 1,3 juta siswa SMA, SMK, dan SLB di wilayah setempat, hanya 18.000 siswa yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM).
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Guru mengajar siswa berkebutuhan khusus di hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka atau luring (luar jaringan) di SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tipe B) Negeri Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (18/8). Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Wahid Wahyudi menuturkan, dari 1,3 juta siswa SMA, SMK, dan SLB di wilayah setempat, hanya 18.000 siswa yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM).

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur Wahid Wahyudi  menuturkan, dari 1,3 juta siswa SMA, SMK, dan SLB di wilayah setempat, hanya 18.000 siswa yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). Jika dipersentasekan, kata dia, hanya sekitar 1,04 persen siswa yang mengikuti uji coba tersebut.

Wahid juga menegaskan, tidak semua kabupaten/ kota di Jatim melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka. Dari 38 kabupaten/ kota di Jatim, hanya 27 daerah yang melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka. Sementara 11 daerah lainnya belum bisa melaksanakan uji coba dengan beberapa alasan.

Baca Juga

"Empat daerah di antaranya karena termasuk zona merah. Sementara 7 daerah sisanya karena masih dalam tahap koordinasi," ujar Wahid seusai melakukan peninjauan kegiatan pembelajaran tatap muka di Probolinggo, Selasa (18/8).

Wahid menjelaskan, dalam penerapan pembelajaran tatap muka, ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi sekolah. Di antaranya mendapatkan rekomendasi dari gugus tugas Covid-19 di masing-masing daerah. Kedua, mendapat persetujuan wali kota/ bupati, serta mendapat surat persetujuan tertulis dari orang tua.

"Dari hasil tinjauan kita di SMAN 2 Kota Probolinggo dan SMKN 2 Kota Probolinggo, para siswa gembira bisa masuk pembelajaran tatap muka. Dari dialog yang dilakukan, mereka mengatakan jika PJJ (pembelajaran jarak jauh) kurang efektif. Mereka kurang bisa menangkap apalagi SMK juga harus praktik," kata Wahid.

Wahid menambahkan, dilakukannya ujicoba pembelajaran tatap muka merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh dengan daerah terkait. Dimana banyak daerah yang tak terjangkau internet saat pembelajaran daring atau PJJ dilakukan. Selain itu, keterbatasan gadget sebagai media dalam belajar juga menjadi kendala yang banyak ditemui.  

"Dari hasil uji coba ini kita akan evaluasi yang dilakukan pada akhir Agustus nanti. Dan hasilnya akan menentukan kebijakan selanjutnya," ujar Wahid.

Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin mengungkapkan, dalam uji coba pembelajaran tatap muka, pihaknya menekankan pada pengetatatan protokol kesehatan. Mengingat Kota Probolinggo masih masuk dalam zona oranye Covid-19. 

"Kita mulai uji coba penerapan PTM ini karena ada pembelajaran yang harus dilaksanakan secara tatap muka. Kita upayakan untuk tatap muka tapi tetap menimbang perkembangan kondisi ke depan," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement